“Resiko,
Ketidakpastian, dan Pemilihan Portofolio”
Disusun Oleh :
Mei Duwidiana 201310180311032
PROGRAM
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Resiko, Ketidakpastian dan Pilihan Portofolio dalam Mata Kuliah Ekonomi Moneter”. Dalam
penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami
menyampaikan ucapat terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1.
Bapak Aris, selaku dosen
Ekonomi Moneter
2.
Rekan-rekan semua yang baik
secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dorongan dan bantuan
serta pengertian yang besar kepada saya
Akhirnya
saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada mereka yang
telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR
ISI .....................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................................................
B.
Rumusan Masalah.........................................................................................................
C.
Batasan Masalah...........................................................................................................
D.
Tujuan Penulisan ..........................................................................................................
BAB
II Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran
A.
Landasan Teoritis.........................................................................................................
B.
Kerangka Pemikiran.....................................................................................................
BAB
III Pembahasan
BAB
IV PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................................................
B.
Saran.............................................................................................................................
Daftar
Pustaka ....................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan
bentuk penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang. Secara umum
investasi dikenal sebagai kegiatan untuk menanamkan harta ataupun modal baik
pada aktiva riil maupun aktiva finansial pada suatu unit usaha atau pendanaan
dengan maksud memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang.
Salah satu bentuk
investasi yang mulai diminati individu sebagai pemodal adalah investasi saham
melalui bursa. Biasanya investor lebih suka membeli saham perusahaan yang go
publik, sebab saham perusahaan go publik sebagai komoditi investasi tergolong
menjanjikan return yang tinggi tapi juga memiliki risiko tinggi karena sifat
komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan di bidang politik, ekonomi,
moneter, kebijakan pemerintah, baik perubahan itu di luar negeri maupun di
dalam negeri.
Semakin banyaknya
perusahaan yang menjadi emiten di pasar modal akan menimbulkan berbagai
kombinasi saham yang bisa di pilih oleh investor dalam berinvestasi di pasar
modal portofolio. Berdasarkan kenyataan bahwa pada umumnya investor tidak
menginvestasikan seluruh dananya pada satu jenis saham tapi mereka melakukan
diversifikasi saham yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang ditanggung
akibat dana yang diinvestasikan.
Untuk mendapatkan
keuntungan yang semaksimal mungkin maka analisis portofolio merupakan salah
satu alat yang tepat untuk memperkecil resiko yang diterima dengan tujuan
memaksimalkan profit dengan tingkat risiko yang sama diantara saham yang ada.
Hasil dari analisis ini akan menentukan ketepatan dalam pengambilan keputusan
investasi yang akan diambil oleh investor.
Return merupakan
tujuan para investor dalam berinvestasi. Untuk memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat
risiko tertentu, biasanya para investor menyiasati dengan portofolio saham dan
salah satu cara untuk mengurangi risiko investasi saham bisa dilakukan dengan
melakukan diversifikasi kepemilikan saham, yaitu dengan mengkombinasikan
berbagai saham dalam investasinya atau dengan membentuk portofolio. Karena pada
dasarnya investor sangat menyukai investasi yang menghasilkan pengembalian yang
tinggi, akan tetapi tidak begitu menyukai adanya risiko.
Adanya ketidak
pastian di masa yang akan datang dapat menyebabkan risiko dalam berinvestasi
khususnya pada asset finansial yang selalu dipasarkan di bursa, hal tersebut
diakibatkan aset finansial sangat peka terhadap perubahan baik perubahan dari
dalam perusahaan yang mengeluarkan aset tersebut ataupun perubahan yang
diakibatkan oleh keadaan pasar. Sehingga akan menimbulkan dua jenis risiko
yaitu risiko sistemati dan risiko tidak sistematis, risiko sistematis biasanya
dipengaruhi oleh keadaan pasar atau risiko ini akan dihadapi oleh semua asset
yang listing di bursa sedangkan risiko tidak sistematis biasanya diakibatkan
oleh kebijakan-kebijakan perusahaan dan hanya menimpa pada perusahaan yang
besanggkutan.
Dalam berinvestasi
ada dua faktor yang paling dipertimbangkan oleh investor, yaitu tingkat
pengembalian (return) dan risiko (risk). Dua faktor ini merupakan hal yang
berlawanan, dalam arti invertor menyukai return
yang tinggi dan tidak begitu menyukai risiko yang tinggi. Pada kenyataan
terdapat hubungan yang alami antara besarnya pengembalian dan besarnya risiko,
karena semakin besar pengembalian yang diharapkan maka akan semakin besar pula
risiko yang akan dihadapi atau Tingkat pengembalian yang tinggi akan selalu
diikuti dengan tingkat risiko yang
tinggi pula.
Teori portofolio
mempelajari dan menentukan kombinasi saham yang paling efisien terhadap
sekumpulan saham untuk mengoptimalkan keuntungan yang diharapkan berkaitan
dengan pencapaian tujuan investasi. Portofolio saham selain untuk menghindari
risiko juga untuk memaksimalkan return.
Hakikat dari pembentukan portofolio yang efisien dan optimal adalah untuk
mengurangi risiko dengan cara diversifikasi saham, yaitu menempatkan sejumlah
dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif agar dana
dapat menghasilkan pengembalian yamg optimal.
Untuk membentuk
portofolio optimal dapat menggunakan beberapa model yaitu; model markowitzs,
berdasarkan preferensi investor, adanya simpanan dan pinjaman bebas risiko,
model indek ganda, dan model indek tunggal. Model markowitz berasumsikan mahwa
waktu yang digunakan hanya satu priode, tidak ada biaya transaksi, preferensi
infestor hanya didasarkan pada retun ekspektasi dan risiko. Berdasarkan
preferensi infestor berasumsikan haya pada return ekspektasi dan risiko dari
risiko secara implisit mempunyai fungsi utility yang sama. Berdasakan adanya
pinjaman dan simpanan bebas risiko berasumsikan return yang sudah pasti karena
varian returnnya sama dengan nol. Berdasarkan model indek tunggal model ini
merupakan penyederhanaan model markowis. Model indek ganda mengasumsikan ada
faktor selain IHSG yang dapat mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek.
Model indeks
tunggal (Single Index Model). Model indeks tunggal didasarkan pada
pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks
pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami
kenaikan harga jika indeks harga saham naik, dan juga sebaliknya, yaitu jika
indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini
menyarankan bahwa return-return dari sekuritas mungkin
berkolerasi karena adanya reaksi umum (common
response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar.
Asumsi model indeks
tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak bersama-sama
bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan yang umum
terhadap indeks pasar yang searah dengan perubahan IHSG. Model indeks tunggal
ini dapat diterima dan mewakili kenyataan sesungguhnya bergantung dari seberapa
besar asumsi-asumsi ini realistis.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaruh
risiko sistematis (beta) terhadap return saham?
2.
Apa saja sumber-sumber
risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi?
3. Apakah likuiditas saham berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham perusahaan?
4. Apakah beta dan likuiditas saham
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap return saham perusahaan?
1.3
Batasan Masalah
1.
1.4
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengaruh risiko sistematis (beta) terhadap
return saham
2.
Untuk mengetahui sumber-sumber
risiko pada investasi
3.
Untuk mengetahui pengaruh
likuiditas terhadap saham perusahaan
4.
Untuk mengetahui pengaruh beta
dan likuiditas secara simultan terhadap return saham perusahaan
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA
PEMIKIRAN
A.
Landasan Teoritis
1. Investasi
Investasi adalah
menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan
tersebut.(Rodoni, Othman 1996: 3)
Investasi pada hakikatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan dimasa mendatang. (Halim, 2003: 2)
Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa investasi saham adalah penyaluran sumber dana
yang ada sekarang dengan mengharapkan keuntungan dimasa mendatang dengan cara
menempatkan uang atau dana dalam pembelian efek berupa saham dengan harapan
mendapatkan tambahan atau keuntungan tertentu atas dana yang diinvestasikan
dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek.
Secara garis besar
ada dua jenis asset yang dapat digunakan sebagai sarana investasi yaitu:
1.
Real asset
yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-asset yang berwujud nyata
seperti: emas, real estate dan karya seni.
2.
Financial asset
yaitu investasi yang dilakukan pada sektor-sektor financial, seperti: deposito,
saham, obligasi, reksadana.
Berinvestasi di
financial asset bisa dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dan tidak
langsung. Langsung artinya investor membeli asset-asset keuangan
perusahaan, tidak langsung membeli saham dari perusahaan investasi yang
mempunyai portofolio asset-asset keuangan dari perusahaan lain.
Dalam pengelolaan
portofolio ada dua pendekatan yantu strategi pasif dan strategi aktif.
(Tandelilin, 2001: 176)
a.
Bentuk investasi
aktif (active investment style), didasarkan pada asumsi bahwa pasar
modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga (mispriced).
b.
Bentuk investasi pasif (passive investment style), didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga sekuritas di
pasar sudah ditentukan secara tepat sesuai dengan nilai intrinsiknya atau pasar modal tidak melakukan kesalahan dalam
penentuan harga.
Berdasarkan
pernyataan sebelumnya, para investor yang tergolong dalam melakukan bentuk
investasi aktif mungkin menggunakan analisis teknikal, analisis fundamental.
Sedangkan pada bentuk investasi pasif terlalu takut untuk menerima risiko maka
langkah preferensi risikonya dengan menyusun portofolio.
Hal yang paling
mendasar yang harus diketahui oleh seorang investor adalah adanya risiko yang
selalu mengikuti return (trade off return
and risk). Adapun pengertian masing-masing adalah
1.
Return atau disebut
juga imbal hasil yaitu hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return ini
dapat berupa return realisasi/ imbal hasil yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang terjadi di masa mendatang. Return ini biasanya berupa bunga,
capital gain dan dividen.
2.
Risk adalah peluang
dari tidak tercapainya salah satu tujuan investasi karena adanya ketidakpastian
dari waktu ke waktu. Risiko ini ada 2 yaitu risiko sistematis (risiko
pasar) dan risiko tidak sistematis (risiko yang timbul dari kebijakan
perusahaan)
3.
Antara Return dan
Risk terdapat hubungan yang searah atau linier, artinya semakin besar risiko
yang ditanggung semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
2.
Keuntungan (return) dan
Risiko (risk) Investasi
1.
Keuntungan (return) Investasi
Keuntungan
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi sesuai dengan tujuan investasi
yang dilakukan investor tidak lain bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan (return). (Tandelilin, 2001:6) mengatakan
“Return adalah tingkat keuntungan
investasi”
Tingkat
pengembalian (return) biasanya di
bedakan menjadi dua yaitu; Return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis.
Hasil pengembalian
adalah pendapatan yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga pasar
biasanya dinyatakan sebagai prosentase dan harga pasar investasi mula-mula. Ada dua tipe keuntungan investasi. (Jogiyanto,
1998:109)
a.
Tingkat keuntungan
(return) realisasi
Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat
pengembalian saham individual adalah sebagai berikut:
Ri =
Keterangan :
Ri = Keuntungan (return) realisasi
Pt = Harga investasi sekarang
Pt-1 = Harga investasi tahun lalu
Dt = Deviden periode sekarang
b.
Expected return
Tingkat keuntungan yang diahrapkan
biasanya secara umum dapat dihitung dengan rumus:
E(Ri) =
Apabila probabilitasnya tidak diketahui, maka bisa
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
E (Ri) =
Keterangan:
E(Ri) = Expected return pada periode i
Rij = Keuntungan (return) investasi i
M = Banyaknya peristiwa yang mungkin
terjadi
2. Risiko (risk) Investasi
Untuk menghitung
besarnya total risiko (risk) yang
dikaitkan dengan Expected Return dari suatu investasi dapat dihitung dengan
menghitung varians dan deviasi standar return investasi yang bersangkutan.
Dengan demikian risiko dirumuskan
sebagai berikut:
a.
Variance (s2)
Apabila probabilitas setiap peristiwa sama, maka
perhitungannya dapat bisa dirumuskan sebagai berikut
si 2 =
Keterangan:
si 2 = Variance return investasi
Rij = Keuntungan saham i yang diterima pada periode
ke-3
E(Ri) = Tingkat keuntungan yang diahrapkan dari
saham i
N = Periode.
Sumber : Husnan (1998:53)
b.
Deviasi Standar
Pengukuran standar deviasi dinyatakan sebagai berikut :
si =
Keterangan:
si = Standar deviasi saham i
Var(Ri) =
Variance tingkat pengembalian saham i
Sumber : (Jogiyanto,2000:131)
3.
Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan surat-surat berharga. Portofolio mempelajari
bagaimana investasi pada surat-surat berharga. Umumnya investor memilih untuk
memiliki berbagai jenis surat berharga sehingga mereka dikatakan membentuk
portofolio. Dengan kata lain, kalau investor memiliki 10 jenis saham, maka
mereka dikatakan memiliki portofolio investasi yang terdiri dari 10 jenis
saham. (Husnan, 1996:19)
Portofolio adalah
Kombinasi dari berbagai saham untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
(Jogiyanto, 2001:54)
Dari pengertian di
atas, maka dapat maka portofolio merupakan beberapa alternatif kesempatan investasi dengan melakukan
kombinasi yang dapat memberikan pilihan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
dengan tingkat risiko tertentu. Pada
kenyataannya para investor sering melakukan diversifikasi dalam investasi
mereka, yaitu mengkombinasikan berbagai sekuritas. atau mereka membentuk
portofolio. Perlu diingat bahwa tujuan utama portofolio adalah mencari
kombinasi optimum dari berbagai sekuritas untuk memperoleh tingkat keuntungan
yang maksimum.
Adapun hakekat dari
pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai alternatif
investasi sehingga risiko investasi
(secara keseluruhan) akan dapat dikurangi (diminimumkan).
4. Pemilihan Portofolio
Optimal
Portofolio optimal
merupakan pilihan dari berbagai sekuritas dari portofolio efisien. Portofolio
yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya,
atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang
rasional akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan portofolio yang
dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko
portofolio.
1.
Portofolio Optimal
Portofolio optimal
merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan
yang ada dalam kumpulan portofolio efisien. Portofoio yang dipilih tentunya
sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap retun ataupun risiko
yang bersedia ditanggungnya. (Tandelilin, 2001: 75)
Suatu portofolio
dapat ditentukan dengan memilih tingkat keuntungan yang diharapkan dan kemudian
meminimumkan risikonya atau memaksimumkan tingkat keuntungan. Jadi suatu
portofolio dikatakan efisien apabila:
a.
Dengan risiko yang
sama mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
b.
Mampu menghasilkan
tingkat keuntungan yang sama tetapi dengan risiko yang lebih rendah.
Portofolio yang
efisien adalah portofolio yang menawarkan tingkat keuntungan yang lebih besar
dengan risiko yang sama atau portofolio
yang menawarkan risiko yang kecil dengan
tingkat keuntungan yang sama. (Husnan, 2001:80)
Di sisi lain
portofolio yang efisien yang ada akan terbentuk lebih dari satu portofolio
efisien, sehingga memberikan pilihan bagi investor dalam memilih portofolio
yang terbaik dan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk masalah tersebut,
investor akan melakukan analisis guna mencari dan menentukan portofolio yang
paling efisien dari berbagai portofolio yang ada dan membentuk portofolio yang
optimal.
Dari berbagai
pernyataan di atas, maka Portofolio yang optimal adalah Portofolio yang dipilih
seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio
yang efisien sesuai denga preverensi investor yang berkaitan denga return dan
risiko dari portofolio tersebut dan memberikan tingkat pengembalian tertinggi
diantara portofolio yang ada dengan tingkat risiko yang sama.
Untuk membentuk
portofolio yang efisien, terdapat beberapa asumsi yang harus diperhatikan.
Asumsi tersebut antara lain:
1.
Perilaku Investor
Bahwa semua
investor tidak menyukai risiko (risk averse). Investor yang dihadapkan pada dua
pilihan yaitu investasi yang menawarkan keuntungan (return) yang sama dengan
risiko yang berbeda, akan memilih investasi yang memiliki risiko yang lebih
rendah.
2.
Konsep fungsi
utilitas dalam kurva indiferen
Fungsi utilitas
diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua
alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai dari suatu alternatif,
semakin tinggi utilitas alternatif tersebut. Sedangkan dalam portofolio, fungsi
utilitas ditunjukkan oleh preferen seorang investor terhadap berbagai macam
pilihan investasi dari masing-masing keuntungan (return) dan risiko.
Dalam pendekatan
Markowitz, untuk menentukan efisien atau efficient frontier dapat diketahui
dari oppurtunity set atau attainable set. Investor dapat memilih kombinasi dari
aktiva-aktiva yang dimilikinya untuk membentuk portofolio. Semua set yang
memberikan kemungkinan portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien
yang dapat dipilih oleh investor. Oleh karena tidak semua portofolio yang
tersedia di oppurtunity set merupakan portofolio yang efisien. Hanya kumpulan
(set) dari seluruh portofolio yang efisien yang disebut efisien set atau
efficient frontier.
Efficient frontier
merupakan kombinasi aset-aset yang membentuk portofolio yang efisien. Pada saat
investor menentukan portofolio-portofolio yang efisien yang sesuai dengan
preferensi investor, maka portofolio-portofolio yang lain di luar portofolio
yang efisien akan diabaikan oleh investor. Dari gambar berikut ini, yang
termasuk dalam portofolio yang efisien adalah garis pada titik BCDE, sedangkan
garis diluar titik tersebut, seperti AGH bukan merupakan portofolio yang
efisien.
Titik-titik
kombinasi portofolio yang efisien (titik BCDE) investor dapat memilih salah
satu titik untuk menentukan portofolio yang optimal. Namun dalam menentukan
pilihan portofolio yang optimal. Namun dalan menentukan pilihan portofolio yang
optimal tersebut, investor akan melakukan pertimbangan terhadap preferensinya
yaitu terhadap keuntungan (return) yang diharapkan dan risiko yang ditanggung oleh investor. Dari gambar di
bawah ini preferensi investor ditunjukkan oleh kurva indiferen (U1
dan U2). Portofolio investor adalah portofolio ada titik D, karena
menawarkan keuntungan (return) yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor.
Garis Permukaan
Efisien B – C – D - E
|
Titik-titik Portofolio
Optimal B – C – D - E
|
Risiko
|
5. Pembentukan
Portofolio Optimal berdasarkan Model Indeks
Tunggal
Untuk menentukan
portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya menentukan apakah suatu
sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut
adalah rasio antara ekses return dengan beta ( excess return to beta ratio)
secara matematis rasio antara ekses return to beta ratio dapat dihitung dengan
rumus:
ERBi =
0
Keterangan;
ERBi = excess
return to beta sekuritas ke-i
E(Ri) = return ekpektasi berdasarkan model indeks
tunggal untuk sekuritas ke-i
RBR = return aktiva bebas risiko
bi = Beta sekuritas ke-i
sumber: (Jogiyanto, 2000: 225)
Excess return
merupakan selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas resiko. Excesss return to beta bearati mengukur
kelebihan return relatif terhadap satu
unit risiko yang tidak dapat dideversifikasikan yang diukur dengan beta .Rasio
ERB juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return
dan risiko.
Portofolio yang
optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang
tinggi. Aktiva-aktiva dengan rasio ERB yang rendah tidak akan dimasukkan ke
dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan batas pembatas (Cut-off
point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Besarnya
titik pembatas (cut-off point) dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut;
1.
Mengurutkan
sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil.
Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk
dimasukkan ke portofolio optimal.
2.
Menghitung nilai Ai
dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i
dan
sei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-I
yang juga merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematis.
sumber: (Jogiyanto, 2000: 226)
3.
Hitung nilai Ci
yaitu nilai C untuk sekuritas ke-i yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai A1
sampai dengan Ai dan nilai-nilai B1 sampai dengan Bi. Secara sistematis dapat ditulis dengan rumus:
Dengan mensubsitusikan
niali Ai dan Bi maka rumus Ci menjadi:
sumber: (Jogiyanto, 2000: 227)
4.
Besarnya cut-off
point(C*) adalah nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari
nilai Ci
5.
Sekuritas-sekuritas
yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas-sekuritas yang mempunyai
nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C* .
Sekuritas-sekuritas yang mempunyai ERB lebih kecil dengan ERB titik C* tidak
diikut-sertakan dalam pembentukan portofolio optimal.
6.
Menentukan proporsi
masing-masing sekuritas di dalam portofolio;
Setelah sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio
optimal telah dapat ditentukan, maka dilakukan perhitungan mengenai berapa
porporsi masing-masing sekuritas tersebut di dalam portofolio optimal dengan
rumus:
dengan nilai Xi
adalah sebesar
keterangan:
Wi
= Proporsi sekuritas ke i
k = Jumlah sekuritas di portofolio optimal
bi = Beta sekuritas ke-i
sei2 = Varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i
ERBi = Excess return to beta sekuritas ke-i
C* = Nilai cut-off
point yang merupakan nilai Ci terbesar
sumber: (Jogiyanto, 2000: 230)
6. Beta
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility)
return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta
sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar.
Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar.
Beta merupakan pengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2000;237).
Dalam menghitung tingkat keuntungan saham, sebelumnya
harus diketahui beta (b). Beta adalah pengukur
risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap
risiko pasar. Untuk menghitung beta
portofolio, maka beta masing-masing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu.
Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing
sekuritas.
Beta merupakan pengukur yang tepat terhadap pergerakan
pasar, karena tingkat keuntungan saham individu berhubungan dengan adanya
perubahan harga di pasar modal.
7.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan yang
telah diuraikan, maka dapat disusun krangka pikir sebagai
berikut:
Resiko
Sistematis (Beta)
|
Liquiditas
|
Risk
and Return
|
Teori
Portofolio
|
Teori
Portofolio Optimal
|
Teori
Portofolio Efisien
|
INVESTASI
|
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pengaruh Pengaruh Risiko Sistematis (Beta) Terhadap Return Saham
Risiko sistematik melekat pada semua investasi dan tidak dapat dihindarkan oleh investor.
Risiko sistematik disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga
dari surat berharga. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya
risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku
bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko
likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara.
Risiko sistematik (systematic
risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan. Sebagai pengukur risiko sistematis (systematic
risk) digunakan beta (β) pasar, yaitu beta (β) dari suatu sekuritas
relatip terhadap risiko pasar. Risiko ini adalah risiko
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang secara bersamaan mempengaruhi harga
saham di pasar modal. Beta (β) pasar sebagai
pengukur risiko dikarenakan bahwa beta (β) pasar mengukur
respon dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Jadi fluktuasi
dari return-return suatu sekuritas
secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return
pasar, sehingga karakteristik pasar akan menentukan nilai Beta
masing-masing sekuritas.
Perubahan-perubahan yang terjadi di pasar ini diluar dari keadaan
perusahaan itu sendiri, biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
kondisi perekonomian di masa itu, inflasi, perubahan tingkat suku bunga,
perubahan nilai tukar mata uang, sistem perpajakan yang diberlakukan
pemerintah, siklus bisnis, kebijakan pemerintah, dan faktor makro lainnya. Semua ini dapat menyebabkan reaksi pasar modal
yang dapat dilihat dari indeks pasar. Beta
(β) merupakan pengukuran volatilitas (fluktuasi), sensitifitas return suatu
sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta
merupakan pengukur sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap resiko pasar. Sebelum investor menghitung return yang diharapkan baik
aktiva individual maupun portofolio, investor dapat memperkirakan atau
mengestimasi beta (β).
Beta (β) yang dihitung
berdasarkan data pasar (return sekuritas, dan return pasar). Beta (β)
pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return pasar selama periode tertentu,
dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return
sekuritas dan return-return pasar
adalah linier. Menurut Jogiyanto (2004:371), menghitung beta (β)
pasar dapat menggunakan formula berikut:
n
Σ (Rit-Ṝit).(Rmt-Ṝmt)
t=1
n
Σ (Rmt-Ṝmt)2
t=1
Keterangan:
Rit
= Return Sekuritas
Rmt
= Return Pasar
n =
Periode
Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap
risiko pasar dapat diukur dengan beta (β). Beta (β)
saham mengukur
tingkat kepekaan saham terhadap
perubahan
pasar
(Absari et al, 2013). Fluktuasi yang disebabkan oleh risiko
ketidakpastian yang dihadapi oleh investor dapat menyebabkan naik turunnya
harga saham (Hijria, 2007:78). Hal ini dikarenakan setiap investor memiliki
tingkat ketidaksukaan risiko yang berbeda.
Saham dengan beta (β) lebih besar dari satu
(>1) merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar dan disebut
sebagai saham agresif (Husnan, 1994). Sedangkan saham dengan beta (β) kurang
dari satu (<1) merupakan saham yang kurang peka terhadap perubahan
portofolio pasar dan disebut sebagai saham defensif (Husnan, 1994). Semakin besar beta
suatu sekuritas semakin besar
kepekaan return sekuritas tersebut terhadap
perubahan return pasar (Tandelilin, 2010: 68). Meningkatnya
risiko
sistematik suatu
saham akan mengurangi minat
investor.
Dengan demikian, semakin besar
beta maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan,
semakin berisiko suatu
investasi (yang
ditunjukkan oleh
koefisien betanya), semakin
rendah pula harga sahamnya.
B.
Sumber – Sumber Risiko Yang Mempengaruhi Investasi
1.
Resiko Suku Bunga
a.
Pengertian
Resiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga
yg terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan investasi.
b.
Contoh
Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia
mengeluarkan instrumen keuangan baru yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah
obligasi syariah yang menganut prinsip syariah. Sukuk ritel ini kemudian
menjadi masalah bagi penerbit obligasi lainya karena suku bunga yang ditawarkan
yaitu 12 % jauh di atas rata-rata suku bunga obligasi pada umumnya yaitu 8-10%,
sehingga investor lebih tertarik untuk membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini
didukung dengan resiko dalam investasi ini mendekati 0%.
c.
Strategi
Yang bisa dilakukan
oleh para penerbit obligasinya lainya adalah menaikan suku bunga lebih tinggi
dari sukuk ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah melalui
kebijakan atau peraturan yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.
2.
Risiko Pasar
a. Pengertian
Resiko pasar adalah
fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor mengalami capital loss.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi
ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi maupun perubahan politik.
b. Contoh
Adanya fluktuasi
nilai rupiah terhadap USD yang sangat besar mendukung naiknya kurs USD sehingga
mencapai sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan karena adanya isu sekitar
kesehatan presiden pada bulan November/Desember 1997. (Valas untuk manajer,
Hamdy Hadi)
c. Strategi
Untuk menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah terhadap USD pemerintah bisa melakukan intervensi
melalui berbagai kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah satunya melalui managed
float system.
3.
Risiko Inflasi
a.
Pengertian
Risiko inflasi
adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi karena terjadinya kenaikan
rata-rata harga konsumsi.
b.
Contoh
Laju inflasi pada
2012 bisa mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah melakukan penyesuaian harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut perhitungan BI 4,4 persen kalau
tidak ada apa-apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen . Apabila ada
kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8
persen, sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar Rp2.000 per liter maka
terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen,
tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang
naik, tapi inflasi di 7,1 persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang bisa
menyebabkan inflasi, para investor pun enggan untuk berinvestasi.
c.
Startegi
Yang bisa dilakukan
pemerintah yaitu melalui Kebijakan antara lain dengan mengoptimalkan bauran
kebijakan dari suku bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan
makroprodensial. Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan
ditekan lebih rendah dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan
komunikasi kebijakan yang baik untuk meminimalkan efek psikologis.
Sedangkan yang bisa
dilakukan oleh investor sebagai alternatif investasi yaitu:
1. Menabung. Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita terima bisa mem-back up inflasi.
1. Menabung. Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita terima bisa mem-back up inflasi.
2. Investasi Emas.
Dengan kita berinvestasi emas maka kita akan terhindar dari resiko inflasi yang
akan menggerogoti nilai mata uang kita, karena apabila terjadi inflasi tinggi
maka harga emas pun akan tinggi.
4.
Risiko Likuiditas
a. Pengertian
Risiko ini berkaitan
dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa
diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan,
maka semakin likuid sekuritas tersebut. Resiko ini bisa juga didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau jatuh
tempo dengan menggunakan aset yang ada.
b. Contoh
Krisis yang melanda
Indonesia, mulai mengenai perbankan dengan timbulnya masalah kekurangan
likuiditas (liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa bank,
tetapi kemudian menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang
dialami perbankan dimulai sekitar pelaksanaan kebijakan pencabutan ijin usaha
atau likuidasi 16 bank tanggal 1 November 1997. Kepercayaan terhadap Rupiah
yang menurun sejak terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997 menjadi lebih
buruk lagi setelah diterapkan sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas
pada pertengahan Agustus 1997. Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan
aset rupiah ramai dilakukan, dimulai oleh pelaku pasar asing, akan tetapi
kemudian diikuti oleh pemain pasar dalam negeri dan pemilik dana dalam negeri.
c. Strategi
Pemerintah menghadapi
perkembangan ini dengan melakukan pengetatan moneter, dengan menggunakan
tindakan fiskal (melalui pengurangan pengeluaran rutin maupun pembangunan dari
APBN), kebijakan moneter (langkah BI menghentikan pembelian SBPU bank-bank dan
peningkatan suku bunga SBI sampai lebih dari dua kali lipat), dan tindakan
adminsitratif (instruksi Menkeu ke pada berbagai Yayasan dan BUMN untuk
mengalihkan deposito mereka menjadi SBI).
5.
Risiko Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
a. Pengertian
Risiko ini berkaitan
dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara
lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange
rate risk.
b. Contoh
Dalam sebuah
investasi yang membutuhkan mata uang asing sebagai transaksi, misalkan US$,
apabila US$ menguat sedangkan Rupiah melemah akan membuat investor yang akan
menanamkan modalnya dengan US$ akan membuat rugi, karena Rupiah yang harus
dikeluarkan semakin banyak.
c. Strategi
Perusahaan atau
pihak yang bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan tindakan
mengantisipasi atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging. Hedging
adalah suatu kegiatan perlindungan terhadap nilai uang. Hedging bisa dilakukan
melaui Contract forward dan forward rate yang memberikan
kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin membeli valas dengan harga tertentu di
masa depan yang telah disepakati sekarang.
6.
Risiko Negara
a. Pengertian
Risiko ini juga
disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Resiko Politik ini juga berkaitan dengan kemungkinan
adanya perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang
diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari
modal yang diinvestasikan. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka
stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu
diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
b. Contoh
Libya sebagai negara
pemilik cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami krisis akibat adanya
protes yang dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk menurunkan presiden
yang berkuasa pada saat itu, menyebabkan terganggunya pasokan minyak mentah,
sebagai akibatnya harga minyak menjadi naik. Dengan melonjaknya harga minyak
mentah menyebabkan terjadinya krisis pangan secara global akibat naiknya harga
pangan. Hal ini dikarenakan Minyak dibutuhkan untuk peralatan pertanian yang
digunakan untuk memproduksi pangan dan Transportasi untuk mengangkut pangan.
c. Strategi
Perlunya investasi
jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang, mempersiapkan
teknologi yang lebih baik utk bisa meningkatkan produktivitas pangan, Investasi
di infrastruktur pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna mendorong ke
arah produksi yang lebih tinggi. Dengan mengatasi krisis pangan yang terjadi
nantinya mampu menghemat pengeluaran negara untuk penyediaan pangan dan
mencegah terjadinya inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat berkurangnya
produksi pangan.
7.
Risiko Reinvestment
a. Pengertian
Resiko Reinvestment
yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan yang harus di
re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor
menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat
berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
b. Contoh
Kondisi investasi
tidak akan sama ketika pembelian pertama kali suatu obligasi khususnya
pembelian obligasi untuk jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik
dapat mempengaruhi tingkat suku bunga pada saat hendak menginvestasikan kembali
kupon-kupon dari obligasi tersebut. Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang
asing (non-rupiah), gejolak fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah
mengakibatkan kerugian akibat selisih kurs.
c. Startegi
Sebaiknya memilih
berinvestasi dalam obligasi yang memberikan penghasilan tetap secara periodik
dan memilih beberapa jenis obligasi yang memiliki fitur call, yang
berarti perusahaan penerbit obligasi tersebut berhak untuk membeli kembali (buy
back) obligasi pada harga tertentu (call price) sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo.
C.
Pengaruh
Likuiditas Saham Secara Signifikan Terhadap Saham Perusahaan
Likuiditas secara umum adalah
kemampuan investor untuk menjual harta atau aset yang dimiliki tanpa harus
melakukan konsesi atau kelonggaran harta.
Dalam konteks hubungan dengan surat
berharga, faktor penentu likuiditas pasar sehubungan dengan surat berharga
sangat tercermin dalam data perdagangan pasar. Faktor terpenting dari
likuiditas adalah jumlah uang dan lembar saham yang diperdagangkan.
Likuiditas saham adalah penambahan
jumlah saham dipasar yang diharapkan dapat menambah frekuensi perdagangan
saham. Salah satu cara untuk mengukur likuiditas saham adalah dengan melihat
besarnya selisih antara penawaran dan harga permintaan yang diminta investor
melalui broker. Likuiditas pasar, salah satunya diukur dengan bid-ask spread
dari suatu saham, dimana semakin keil bid-ask suatu saham berarti semakin
likuid saham tersebut atau sebaliknya, apabila selisih permintaan dan penawaran
besar, maka investor yang ingin merealisasikan keinginannya untuk melakukan
transaksi akan sulit, karena transaksi suatu perdagangan dapat terjadi apabila
ada titik temu antara harga permintaan dan penawaran.
Disamping itu biaya eksekusi
perdagangan yang mahal akan membuat investor mengalami kesulitan untuk
mendapatkan saham, karena diperlukan dana yang cukup besar. Kesulitan melakukan
transaksi tersebut menunjukkan tidak likuidnya suatu saham, dengan demikian lebarnya
spread mencerminkan besarnya biaya eksekusi dan menyatakan saham tersebut tidak
likuid.
Dalam berinvestasi saham yang
memiliki tingkat likuiditas rendah maka biaya likuiditasnya akan besar, jadi
para investor akan mengharapkan tingkat likuiditas yang tinggi agar biaya
likuiditasnya dapat terkompensasi.
Penambahan jumlah lembar saham
dipasar akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut atau dengan kata
lain dapat meningkatkan likuiditas saham. Kothare (dalam Mustikaningjati, 2005)
menemukan bukti bahwa likuiditas saham meningkat secara signifikan setelah
pengumuman penambahan saham baru. Sedangkan hasil penelitian Mustikaningjati
adalah likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Jika pengumuman tersebut mengandung
informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu informasi tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan perubahan harga dari
sekuritas yang bersangkutan. Reaksi tersebut biasanya dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga. Hipotesis ini berusaha dibuktikan oleh Elly dan
Leng (2002) yang mengambil sample pada perusahaan yang terdaftar pada BEJ pada
tahun 1999. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada risiko sistematis berpengaruh
secara signifikan terhadap return. Para investor akan menginvestasikan dana
pada sekuritas pada risiko tinggi dan tingkat likuiditas yang rendah dengan
mengharapkan tingkat return yang tinggi.
D.
Pengaruh Beta dan Likuiditas Secara Simultan terhadap Saham
Perusahaan
Dari penelitian Elly dan Leng (2002)
telah membuktikan bahwa variabel independent (resiko sistematis dan likuiditas)
secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen (return) secara
signifikan. Dimana tahun 1999 variabel independent secara bersama-sama
mempengaruhi depende pada level signifikan 5 persen, sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama variabel likuiditas dan risiko beta (sistematis)
dapat digunakan untuk memprediksi besarnya return.
Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Mustikaningjati (2005) didapatkan hasil bahwa pada tahun
2000-2003 secara keseluruhan variabel independent (likuiditas dan risiko)
secara simultan berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu
return.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
Kesimpulan dan Saran 1-2 lembar
Font times new roman, size 12, spasi
1,5
NOTE : JANGAN LUPA EDITIN HALAMAN
SEKALIAN TULIS HALAMAN DI DAFTAR ISI J
|
DAFTAR PUSTAKA
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta. BPFE
Yogjakarta
Halim,
Abdul. 2002. Analisis Investasi,
salemba Empat. Jakarta.
Warsono. 2001. Analisis
Investasi dan Manajemen Portofolio. Malang. UMM PRESS
Yuliati, Sri Handaru, dkk. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta. ANDI
OFFSET
No comments:
Post a Comment