Bantu Kami Share Info Menarik dan Dapatkan Rp350.00 per Kunjungannya Menarik Mudah dan Asik Kunjungi 8Share.co.id

MAKALAH PENGARUH PENURUNAN HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK

Saturday, 11 June 2016

MAKALAH PENGARUH PENURUNAN HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK  iPhone

Sumber: Nellypurnamasari


Untuk Makalahnya silahkan di download



Ini Untuk Power point Presentasinya


 Berikut contoh pada produk Iphone:

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah terdapat pengaruh antara penurunan harga dengan ekuitas merek pada produk iphone. Populasi dari penelitian ini seluruh pengguna iPhone maupun yang bukan pengguna iPhone. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling, yaitu mencari responden kuesioner dengan cara meminta calon responden untuk mengisi kuesioner saat mereka terkoneksi dengan internet. Alat penelitian yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji regresi dan korelasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan penurunan harga mempengaruhi ekuitas merek iPhone. Hasil penelitian ini memberikan implikasi manajerial bagi para pengelola merek iPhone.
Kata Kunci : Penurunan Harga, Ekuitas Merek
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, bersamaan dengan  perkembangan teknologi yang semakin maju. Para produsen semakin meningkatkan keandalan teknologi yang dibuat, mulai dari fitur, layanan hingga pemasaran yang semakin meluas. Ini mencermikan persaingan yang semakin ketat, sehingga setiap produsen harus benar-benar mengupayakan yang terbaik untuk produksi mereka dan jangan sampai produksinya tidak dilirik konsumen. Salah satu perusahaan penghasil teknologi yaitu iPhone yang berasal dari apple inc, sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Silicn Valley, Cupertino California dan bergerk dalam bidang perancangan, perkembangan dan barang-barang yang meliputi elektronik konsumen dan Smartphone terbesar di dunia yang mencakup seluruh pemasaran global.
Banyaknya masyarakat di indonesia yang kondisi ekonomi menengah sampai ekonomi atas membuat apple inc menciptakan produk baru dengan spesifikasi dan fitur–fitur lebih lengkap yaitu apple iPhone yang kini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia baik dari kalangan masyarakat yang memiliki ekonomi menengah sampai ekonomi atas karena harga apple iphone yang terbilang cukup mahal dan tidak adanya diskon yang di berikan kepada pembeli.
Merek apple iphone merupakan merek ternama yang telah di kenal oleh masyarakat di Indonesia dengan kualitas produk yang telah di percaya sebagai merek yang paling di minati masyarakat baik dari segi kualitas produk, design produk, dan lain-lain sehingga citra merek apple iphone telah di kenal oleh masyarakat luas dan menjadi merek smartphone yang banyak di pakai oleh masyarakat indonesia. Namun iPhone jangan mudah puas dulu, karena semakin banyak pengguna Smartphone canggih lainnya. Konsumen biasanya menyukai produk yang murah dengan kualitas bagus, seperti Smartphone buatan Korea. Ini dapat menimbulkan persaingan yang ketat, karena itu bisa saja sewaktu-waktu i-Phone menurunkan harga dan ini akan berpengaruh terhadap ekuitas mereknya. Konsumen juga pintar, mereka akan memilih produk yang unggul dengan harga miring. Dalam penelitian yang akan kami teliti yaitu “PENGARUH PENURUNAN HARGA TERHADAP EKUITAS MEREK PADA PRODUK iPhone”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penurunan harga terhadap ekuitas merek produk iPhone. Serta mengetahui apakah terdapat hubungan antara penurunan harga terhadap ekuitas merek produk iPhone.
KAJIAN PUSTAKA
Pengaruh Penurunan Harga terhadap Ekuitas Merek
Dalam suatu perusahaan, penentuan harga untuk produknya merupakan hal yang sangat penting. Dalam memenangkan persaingan, perusahaan terkadang memilih jalan dengan cara menurunkan harga untuk memenagkan hati konsumen.
Menurut Kotler (2001:439) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai tukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Menurut William J Stanton yang diterjemahkan oleh Y. Lamarto (1989:308): “Harga adalah nilai yang disebutkan dalam rupiah dan sen atau medium moneter sebagai alat ukur”.
Menurut Tjiptono (2002), Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang, ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.

Penetapan Harga merupakan hal yang sangat penting bagi produsen. Berbagai metode penetapan harga dapat dilakukan oleh perusahaan salah satunya dengan cara menurunkan harga produknya.
Menurut Kotler (2009) , strategi penurunan harga dapat menyebabkan :
1.      Jebakan kualitas rendah. Yakni ketika konsumen mengansumsikan bahwa produk memiliki kualitas yang rendah.
2.      Jebakan pangsa pasar yang rendah. Yakni ketika harga produk murah maka perusahaan akan mendapatkan pangsa pasar, namun bukan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang sama akan beralih ke perusahaan harga murah lainnya pada masa yang akan datang.
3.      Jebakan saku tipis. Pesaing harga tinggi menandingi harga murah tetapi mempunyai kekuatan bertahan yang lebih lama karena memiliki cadangan kas yang lebih banyak.
4.      Jebakan perang harga. Perusahaan pesaing merespons dengan menurunkan harga mereka lebih lanjut, memicu perang harga.
Pada poin satu menunjukkan adanya Asumsi Harga Kualitas yakni banyaknya konsumen yang menggunakan harga sebagai indikator. Beberapa merek mengadopsi eksklusivitas sebagai saran untuk menekankan keunikan dan membenarkan penetapan harga premium. Menurut Kotler, Kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil / kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan. Hal ini akan berpengaruh pada ekuitas merek.
Sergio Zyman, mantan CMO Coca-Cola, berpendapat bahwa penurunan harga merupakan cara yang termalas dan tercepat dari seorang manajer dalam keputusan mengenai bauran pemasaran.
Terlepas dari pro dan kontra penurunan harga, yang pasti akan ada efek negatif dari strategi penurunan harga. Efek negatifnya antara lain:  konsumen akan menganggap bahwa mutu produk rendah. Konsumen di Indonesia masih menganggap bahwa harga lebih rendah, berarti kualitas barang tersebut lebih rendah. Efek negatif lainnya bahwa harga rendah dapat meningkatkan penjualan dan menaikkan pangsa pasar, tetapi belum tentu mampu mempertahankan pangsa pasar untuk periode jangka panjang.
Penurunan harga yang terus-menerus walaupun bertahap akan menurunkan kekuatan ekuitas merek. David A. Aaker dari buku Kotler bahkan berpendapat bahwa pembeli yang membeli karena harga murah biasanya merupakan pembeli yang sering berpindah-pindah merek (switcher), pembelian yang tingkat kesetiaannya paling rendah dalam piramida kesetiaan merek.
Sedangkan dalam buku Kotler,  American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok panjaul dan mengidentifikasikan merek dari para pesaing. Maka merek adalah produk atau jasa yang desainnya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang ntuk memuaskan kebutuhan yang sama.perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata-berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata-berhubungan dengan apa yang direpresantasikan merek.
Ekuitas Merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa . ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Pemasar dan periset menggunakan berbagai perspektif untuk mempelajari ekuitas merek. Pendekatan berbasis pelanggan memandang ekuitas merek dari perspektif konsumen-baik perorangan maupun organisasi. Prinsip dari ekuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang merek sepanjang waktu.
Ekuitas merek berbasis pelanggan (costumer-based brand equity) adalah pengaruh diferensial yang dimiliki pengetahuan merek atas respons konsumen terhadap pemasaran merek tersebut. Sebuah merek mempunyai ekuitas merek berbasis pelanggan yang positif ketika konsumen bereaksi lebih positif terhadap produk dengan cara produk itu dipasarkan ketika merek itu teridentifikasi, dibandingkan ketika merek itu tidak teridentifikasi. Merek mempunyai ekuitas merek berbasis pelanggan yang negatif jika konsumen tidak terlalu menyukai aktivitas pemasaran untuk merek itu dalam keadaan yang sama.
Terdapat berbagai Model Ekuitas Merek antara lain :
Nilai Aset Merek (Brand Asset Valuator-BAV). Menurut model ini, terdapat lima komponen kunci ekuitas merek, yakni :
a.       Diferensiasi (Differentiation) : mengukur tingkat sejauh mana merek dianggap berbeda dari merek lain.
b.      Energi (Energy) : mengukur arti momentum merek.
c.       Relevansi (Relevance) : mengukur cakupan daya tarik merek
d.      Harga Diri (Esteem) : mengukur seberapa baik merek dihargai dan dihormati
e.       Pengetahuan (Knowledge) : mengukur kadar keakraban dan keintiman konsumen dengan merek.
Model  AAKER. Mantan profesor pemasaran dari UC Barkeley David Aaker memamndang ekuitas merek sebagai kesadaran merek ( brand awarenes ), loyalitas merek dan asosiasi merek yang bersama-sama menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa. Menurut Aaker manjemen merek dimulai dengan mengembangkan identitas merek-sekumpulan asosiasi merek yang unik yang mewaliki tujuan dan janji  merek kepada pelanggan , sebuah citra merek yang aspirasional . Identisas merek biasanya terdiri dari 8 hingga 12 elemen yang mewakili konsep seperti lingkup produk, atribut produk, kualitas/nilai, kegunaan, pengguna, negara asal, atribut organisasional, kepribadian merek dan simbol. Aaker berpendapat bahwa identitas harus menunjukan diferensiasi pada beberapa dimensi, menyiratkan kesamaan pada yang lain, reonansi dengan pelanggan, menggerakan [program penggerakan merek, merefleksikan budaya dan strategi bisnis, serta kredibel. Kredibilitas bisa dibangun dari bukti-bukti, aset atau program berjalan atau inisatif strategis, atau investasi pada aset atau program baru atau pada program revitalisasi.
MODEL RESONANSI MEREK. Model Resonansi merek juga memamadang pembangunan merek sebagai sederet langkah yang menapak naik, dari bawah ke atas: 1. Memastikan teridentifikasinya merek oleh pelanggan dan memastikan asosiasi merek dalam pikiran pelanggan dengan satu kelas produk atau kebutuhan pelanggan tertentu; 2. Memastikan tertanamnya arti merek secara total dalam pikiran pelanggan dengan mengaitkan sejumlah asosiasi merek yang nyata dan tidak nyata secara srtategis. 3. Mendapatkan respon pelanggan yang tepat dengan  hubungannnya dalam penilaian dan perasaan terkait dengan merek, dan 4. mengubah respon merek untuk menciptakan hubungan loyalitas yang intens dan aktif antara pelanggan dan merek.
Model ini memiliki elemen-elemen ekuitas merek antara lain :
1.      Keutamaan Merek adalah seberapa sering dan seberapa mudah pelanggan memikirkan merek dalam berbagai situasi pembelian atau konsumsi.
2.      Kinerja Merek adalah seberapa baik produk atau jasa memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan
3.      Pencitraan Merek menggambarkan sifat ekstrinsik produk atau jasa, termasuk cara dimana merek berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan.
4.      Penilaian Merek berfokus pada pendapat dan evaluasi pribadi pelanggan sendiri.
5.      Perasaan Merek adalah respons dan reaksi emosional pelanggan terhadap merek.
6.      Resonansi Merek mengacu pada sifat hubungan yang dimiliki pelanggan dengan merek dan sejauh mana mereka merasa “sinkron” terhadap merek.
Dalam kenyataannya, banyak produk-produk yang menggunakan Strategi Penurunan Harga untuk mencapai tujuan perusahaannya. Namun terkadang justru tidak menghasilkan dampak yang positif bagi penjualan perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran yang cukup mengenai strategi penurunan harga akan dituliskan beberapa kasus yang cukup relevan dengan bahasan ini, kasus pertama adalah Marlboro pernah melakukan strategi penurunan harga (penurunan harga), dimana hal ini dilakukan karena Marlboro digempur rokok kemasan privat label di Amerika Serikat. Rokok jenis ini cenderung memasang harga lebih murah yang secara perlahan-lahan menggerogoti pangsa pasar Marlboro. Keadaan ini berlangsung terus menerus selama beberapa waktu, sehingga para eksekutif Marlboro setelah mempertimbangkan berbagai hal memutuskan untuk melakukan penurunan harga dan mengkomunikasikan dengan baik langkahnya.
 Sebagai rokok yang telah memiliki brand image sangat kuat Marlboro tentu tidak khawatir akan berpindahnya konsumen ke private label, namun lebih pada agar citra mereknya tidak berpindah ke merek lain. Tentu kita sadari apabila kita mengkonsumsi suatu produk yang bukan merupakan produk terbaik di kelasnya, anggap saja mungkin karena harganya yang lebih murah, dan kita merasa cukup puas sehingga hari berikutnya kembali kita memutuskan mengkonsumsi produk yang sama, apabila hal ini berlangsung berulang-ulang maka preference kita terhadap produk ini semakin besar dan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan produk yang kita anggap terbaik tadi, untuk apa mengeluarkan uang lebih untuk suatu produk apabila ada produk lain yang dapat memberikan kepuasan yang sama namun dengan harga yang lebih murah. Dan ternyata keputusan penurunan harga Marlboro ini sukses, respon konsumen terhadap Marlboro kembali meningkat.
 Marlboro dianggap memberi nilai tinggi buat mereka, termasuk bagi para pelanggan loyal. Kasus yang hampir sama adalah saat Pantene juga melakukan strategi penurunan harga yang cukup signifikan. Shampo yang menyasar segmen luas dari sachet sampai kemasan botol ini, memasuki pasar tanah air dengan harga jauh di atas pemimpin pasar Sunsilk dan Clear, dan dengan kualitas yang jauh di atas keduanya pula, hal ini menandakan Pantene menerapkan strategi Skimming Pricing untuk merebut pasar dan positioning untuk kelas premium. Setelah beberapa waktu memakai strategi ini diketahui bahwa pangsa pasar pantene tergolong kecil, sehingga setelah melalui analisis mendalam P&G menurunkan harga yang cukup signifikan, dan hasilnya konon saat itu Pantene benar-benar laris di pasaran.
 Kasus yang berbeda dari dua kasus di atas adalah Mercedes-Benz dahulu pernah memproduksi mobil yang harganya “terjangkau”. Mercedes-Benz mengeluarkan produk dengan harga ini untuk mencoba memperbesar pangsa pasarnya terutama untuk merebut konsumen merek mobil lain yang harganya dibawah Mercedes-Benz. Ternyata pelanggan loyalnya keberatan, mereka menolak Mercedes-Benz menjadi mobil pasaran, apalagi digunakan oleh orang-orang yang belum memenuhi syarat untuk memiliki Mercedes-Benz.
Dengan adanya hasil yang bebeda ini peneliti mencoba mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh penurunan harga terhadap ekuitas merek produk iPhone.
Model Penelitian

Penurunan Harga

Ekuitas Merek iPhone
 



Gambar 1
Model Penelitian

Model Penelitian : Y= a + bX + e
Dengan keterangan :
Y : Ekuitas Merek
a : Konstanta
b : Koefisien Penurunan Harga
X : Penurunan Harga
Hipotesis dalam penelitian ini :
Regresi
H0 : Tidak ada pengaruh antara penurunan harga terhadap ekuitas merek produk  iPhone
H1 : Ada pengaruh antara penurunan harga terhadap ekuitas merek produk  iPhone
Korelasi
H0 : Tidak ada hubungan antara penurunan harga dengan ekuitas merek produk  iPhone
H1 : Ada antara penurunan harga terhadap ekuitas merek produk  iPhone
METODE PENELITIAN
Pengukuran variabel Penurunan Harga menggunakan sumber Kotler jilid 2 tahun 2009 sedangkan variabel Ekuitas Merek menggukan Kotler jilid 1 tahun 2009.
 Definisi Operasionalisasi Variabel
Variabel
Indikator
Skala
Nomor Pertanyaan
Penurunan Harga
1.      Penurunan penjualan (Kotler, 2009)
2.      Penurunan Kualitas (Kotler, 2009)
3.      Peningkatan Pangsa Pasar (Kotler, 2009)
4.      Loyalitas (Kotler, 2009)
5.      Preferensi (Kotler, 2009)
Likert 1-5
1-5
Ekuitas Merek
1.      Kinerja Produk (Kotler,2009)
2.      Kualitas Produk (Kotler,2009)
3.      Pengetahuan tentang Produk (Kotler,2009)
4.      Keunggulan (Kotler,2009)
5.      Keutamaan Merek (Kotler,2009)
Likert 1-5
6-10
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna iPhone maupun yang bukan pengguna iPhone. Penelitian ini menggunakan penelitian sampel. Jumlah sampel yang digunakan adalah 96 sampel yang merupakan responden dari kuesioner yang telah disebar secara online. Jumlah sampel diperoleh dari rumus :
 maka n = 96 sampel
Keterangan :
n : jumlah responden
  = nilai standar daftar luar normal standar bagaimana tingkat kepercayaan
E = tingkat ketetapan yang digunakan dengan mengemukakan besarnya error maksimum20%
Dari penelitian diatas dapat diketahui sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 responden.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling, yaitu mencari responden kuesioner dengan cara meminta calon responden untuk mengisi kuesioner saat mereka terkoneksi dengan internet. Teknik convenience sampling merupakan sebuah teknik pengambilan sampel nonprobabilitas yang berupaya memperoleh sampel berdasarkan kemudahan elemen untuk dijangkau (Malhotra 2004:321).
Teknik Analaisis Data
Alat penelitian yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA yaitu untuk mengetahui pengaruh simultan dari variabel independen  terhadap variabel dependen. Sementara uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel independen  terhadap variabel dependen. Nilai R-square digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi  variabel independen dalam menjelaskan variasi dari variabel dependen.
HASIL ANALISIS
Uji Validitas dan Reabilitas
            Dalam penelitian ini kuesioner disebarkan kepada para responden yang selanjutnya memberikan hasil kuesioner yang dapat diolah sebanyak 96 sampel. Data kemudian diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan tingkat signifikansi 1% menggunakan program IBM SPSS Statistic versi 22.
Case Processing Summary

N
%
Cases
Valid
96
100,0
Excludeda
0
,0
Total
96
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha
N of Items

,731
10



Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Pertanyaan 1
28,6250
27,289
,528
,690
Pertanyaan 2
28,5000
26,716
,634
,677
Pertanyaan 3
29,2292
27,736
,433
,703
Pertanyaan 4
28,6250
26,405
,561
,683
Pertanyaan 5
29,2604
25,668
,545
,683
Pertanyaan 6
29,2500
30,084
,148
,751
Pertanyaan 7
29,5312
29,704
,226
,735
Pertanyaan 8
28,8125
30,364
,187
,739
Pertanyaan 9
29,0937
29,391
,259
,730
Pertanyaan 10
29,5104
26,316
,494
,692

Uji validitas pada setiap butir pernyataan dilakukan dengan membandingkan antara corrected item-total correlation dengan r-tabel. Jika corrected item-total correlation> 0,2 maka dapat dinyatakan butir pernyataan tersebut valid (Malhotra,2004:268). Dari 10 butir yang diuji validitasnya, nilai corrected item-total correlation   8  pernyataan dinyatakan valid dan 2 pernyataan dinyatakan tidak valid.
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai alpha Cronbach yang diperoleh dari setiap butir pernyataan tersebut. Menurut Maholtra (2004:267) suatu data dikatakan reliabel apabila nilai alpha Cronmach > 0.6. Dari semua variabel yang diuji, memiliki nilai alpha Cronbach 0,731 sehingga dinyatakan reliabel.




Uji Regresi

Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
penurunanhargab
.
Enter
a. Dependent Variable: ekuitas
b. All requested variables entered.


Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,421a
,177
,168
,69911
a. Predictors: (Constant), penurunanharga


ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
9,886
1
9,886
20,227
,000b
Residual
45,943
94
,489


Total
55,830
95



a. Dependent Variable: ekuitas
b. Predictors: (Constant), penurunanharga



Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
1,802
,367

4,906
,000
penurunanharga
,535
,119
,421
4,497
,000
a. Dependent Variable: ekuitas

Dari hasil penghitungan menggunakan SPSS diperoleh perhitungan statistik Uji Regresi dengan signifikansi sebesar 0,000 yang berarti signifikan pada alpha 1% dengan nilai t penurunan harga sebesar 4,497. Koefisien variabel penurunan harga sebesar 0,535 dan nilai konstan sebesar 1,802.
Jadi, terdapat pengaruh dari penurunan harga terhadap ekuitas merek produk iPhone dengan koefisien penurunan harga sebesar 0,535 dibanding ekuitas merek dengan nilai konstanta sebesar 1,802.

Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan teknik analisis yang  termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi   merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen.

Correlations

ekuitas
penurunanharga
Ekuitas
Pearson Correlation
1
,421**
Sig. (2-tailed)

,000
N
96
96
penurunanharga
Pearson Correlation
,421**
1
Sig. (2-tailed)
,000

N
96
96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

            Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh dari hasil penghitungan korelasi melalui SPSS diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti signifikan pada alpha 1% yang menunjukkan adanya hubungan secara signifikan antara variabel penurunan harga dengan ekuitas merek iPhone. Besarnya korelasi adalah 0,421 artinya besar korelasi antara variable penurunan harga dan ekuitas merek ialah sebesar 0,421 atau lebih dari kurang. Tanda dua bintang (**) artinya korelasi signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01 dan mempunyai kemungkinan dua arah (2-tailed). (Catatan: Jika tidak ada tanda dua bintang, maka secara otomatis signifikansinya sebesar 0,05).


PEMBAHASAN
Hasil penelitian dengan uji korelasi menghasilkan penghitungan statistika yang menunjukkan adanya hubungan antara penurunan harga terhadap ekuitas merek dengan derajat korelasi sebesar 0,421 yang berarti menunjukkan adanya hubungan positif yang lebih dari kurang antar kedua variabel tersebut. Sedangkan dengan pengujian secara regresi dihasilkan perhitungan statistik yang menunjukkan adanya pengaruh penurunan harga terhadap ekuitas merek produk iPhone. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi perhitungan statistik regresi sebesar 0,000 yang berarti signifikan pada alpha 1%.
Dalam penentuan modelnya, dapat disimpulkan menjadi :
Y = 1,802 + 0,535X
Dengan :
Y = Ekuitas Merek
X = Penurunan Harga
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara stimultan variabel penurunan harga berpengaruh secara signifikan terhadap ekuitas merek iPhone. Hal ini berarti jika terdapat penurunan harga yang mungkin terjadi pada produk iPhone akan berpengaruh pada Ekuitas merek produk iPhone. Dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara penurunan harga dengan ekuitas merek iPhone.Hubungan ini ditunjukkan dari hasil uji korelasi yang menghasilkan derajat korelasi positif.


DAFTAR PUSTAKA
Artikel Menarik  Analisis Strategi Penjualan pada Hero dan carefour.htm
Fandy Tjiptono, 2008, Manajemen Strategi , BPFE, Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto, 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Keenam, Yogyakarta: BPFE
Indriantoro, Nur dan Supumo, Bambang. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Ketiga Belas, Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Edisi Ketiga Belas, Jakarta: Erlangga
Malhotra K. Naresh, 2004, Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan, PT. Indeks Kelompok Gramedia
William J. Stanton, 2001, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.

No comments:

Post a Comment