Makalah Kontribusi Sektor Industri dan Pertanian
Sumber:Nellypurnamasari
Untuk Versi lengkap makalahnya bisa anda download disini
Ini Untuk Power point Presentasinya
DISTRIBUSI
PENDAPATAN DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN
A. Konsep
konsep distribusi pendapatan
Terdapat
berbagai ktireteria atau tolak ukur untuk menilai kemerataan distribusi
dimaksud. Tiga diantaranya yang paling lazim digunakan ialah
1. Kurva
Lorenz
2. Indeks
atau rasio gini
3. Kriteria
bank dunia
Kurva
Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan
lapisan-lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini terletak di dalam
sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif
pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif
penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar
tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendaptan nasional yang semakin merata .jika kurva
Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung) maka ia mencerminkan
keadaan yang semakin buruk, distribusdi pendaptan nasional semakin timpang atau
tdak merata.
gambar
indeks atau
ratio gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1
menjelaskan kadar kemerataan distribusdi pendapatan nasional. Semakin kecil
koefisiennyam pertanda semakin baik atau merata distribusi.
Kriteria
ketidakmerataan versi bank dunia didasarkan atas porsi pendaptan nasional yang
dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapat terendah;
40% penduduk berpendatapan menengah; serta 20% berpendapatan tertinggi.
Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40%
penduduk berpendatapan terendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan
nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40 persen penduduk
termiskin menikmati antara 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan
jika 40% penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17 %
pendapatan nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak,
distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata.
B. KETIDAKMERATAAN
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Upaya
untuk memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya baru tampak nyata sejak pelita
III, manakala strategi pembangunan secara eksplisit diubah dengan menadapatkan
pemerataan sebagai aspek pertama dalam trologi pembangunan.
Ada
delapan jalur pendapatan pemerataan, meliputi:
1. Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang, dan perumahan
2. Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidkan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan
pembagian pendapatan
4. Pemerataan
kesempatan kerja
5. Pemerataan
kesempatan berusaha
6. Pemerataan
ksesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khsusunya bagi generasi muda dan
kaum wanita
7. Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8. Pemerataan
ksesempatan memperoleh keadilan
Dalam kaitanya khusus dengan pemerataan pembagian
pendaptan ( jalur tiga), kita dapat memilah tinjauan permasalahannya dari tiga
segi yaitu:
a. Pembagian
pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat
b. Pembagian
pendapatan antar daerah, dalam hal ini antara wilaya perkotaan dan wilayah
pedesaan
c. Pembagianpendapatan
antar wilayah, dalam hal ini antar propinsi dan antar kawasan (barat, tengah,
timur)
a) Ketidakmerataan
pendapatan nasional
Distribusi
atu pembagian pendapatan antar lapisan pendalapatan masyarakta dapta ditelaah
dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefisien gini itu
sendiri, perlu dicatat, bukanlah merupakan indicator paling dela tentang
ketidakmerataan (ketimpangan, kesenjangan) distribusdi pendapatan antar
lapisan. Namun setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai
kecenderungan umum dalam pola pembagian pendapatan.
Angka-angka koefisien
gini di dalam table dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran.
Data
yang ada menunjukan fluktuasi, mencerminkan bahwa setiap distribusi pendapatan
nasional di tanah air tidak senantiasa membaik dari tahun ke tahun. Apabila
tahun 1965 dapat dianggap mewakili masa orde lama maka, dengan angka-angka
koefisien gini yang lebih kecil untuk tahun 1969 dan sesudahnya, dapat
disimpulkan bahwa distribusi Pendaptan sesudah orde baru lebih baik.
Koefisien-koefisien yang ada, secara umum, relative cukup rendah, pertanda
distribusi pendaptan di Indonesia cukup merata. Koefisien gini yang ditaksir
melalui pendekatan pengeluaran sebenarnya kurang realistis, cendrung kerendahan
( under-estimated).
Table koefisien
gini pada tahun 1969-1990
Tahun
|
Koefisien
|
Tahun
|
Koefisien
|
1965
|
0,389
[s]
|
1978
|
0,380
[p]
|
1969
|
0,339
[v]
|
1979
|
0,381
[p]
|
1970
|
0,346
[s]
|
1980
|
0,340
[p]
|
1971
|
0,315
[p]
|
1981
|
0,330
[p]
|
1972
|
0,313
[p]
|
1982
|
0,355
[p]
|
1973
|
0,315
[p]
|
1984
|
0,330
[b]
|
1974
|
0,335
[p]
|
1985
|
0,364
[p]
|
1975
|
0,326
[p]
|
1987
|
0,320
[b]
|
1976
|
0,346
[b]
|
1990
|
0,320
[p]
|
1977
|
0,337
[p]
|
1993
|
0,340
[p]
|
Hal ini mengingat di
dalam data pengeluaranm, unsur tabungan yang merupakan bagian dari pendaptan
tidak turut terhitung.padahal porsi pendapatan ditabung pada umumnya cujup
besar di lapisan masyarakt bernpendapatan tinggi. Perhitungan yang membuahkan
takisran lebih realistis adalah dengan mendasarkan pada data pendapatan.
Koefisien
Indonesia berdasarkan pendapatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan, pada
tahun 1976-1993
Pendekatan
|
1976
|
1978
|
1984
|
1990
|
1993
|
Pendapatan
Pengeluaran
|
0,492
0,346
|
0,504
0,380
|
0,421
0,330
|
-
0,320
|
-
0,340
|
Ketidakmerataaan
distribusi pendapatan nasional dapat pula dilihat berdasarkan kriteria bank
dunia. Angka-angkanya biasanya selaras dengan koefisien rasio gini. Sebagaimana
tersaji di dalam tabel di bawah ini angka-angka ketidakmerataan relative ini
dari tahun ke tahun senada dengan koefisien gini.
Lapisan
masyarakat menurut kelas pendapatan
|
Persentase
pembagian pendaptan
|
|||
1984
|
1987
|
1990
|
1993
|
|
20%
Berpendapatan
40%
Berpendapatan
40%
Berpendatan
|
41,97
37,28
20,75
|
41,65
37,48
20,87
|
41,94
36,75
21,31
|
42,76
36,91
20,34
|
Rasio
gini tahun yang sama
|
0,33
|
0,32
|
0,32
|
0,34
|
b) Ketidakmerataan
pendapatan spasial
Ketidakmerataan
distribusi pendaptan antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsung secara
nasional. Akan tetapi hal itu juga terjadi secara spasial tau antardaerah yakni
antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Di Indonesia pembagian pendapatan
relative lebih merata di daerah perdesaan daripada di daerah perkotaan.
Tabel Distribusi
pendapatan nasional Indonesia, pada tahun 1984-1993di daerah perdesaan dan di
daerah perkotaan.
Lapisan masyarakat menurut
kelas pendapatan
|
Persentase
pembagian pendapatan
|
|||
1984
|
1987
|
1990
|
1993
|
|
20%
Tertinggi, Perdesaan
Perkotaan
40%
Menengah, Perdesaan
Perkotaan
40%
Terendah, Perdesaan
Perkotaan
|
37,82
41,12
39,35
38,25
22,35
20,63
|
36,45
40,51
39,25
38,01
24,30
21,48
|
36,36
42,67
39,23
37,63
24,41
19,67
|
36,45
42,23
38,43
37,29
25,13
20,48
|
Rasio
gini tahun yang sama
Perdesaan
Perkotaan
|
22,35
0,32
|
0,26
0,32
|
0,25
0,34
|
0,26
0,33
|
Berpendapatan
terendah di desa senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Tidak demikian
halnya dikalangan orang-orang kota.
Ketidakmerataan
pendaptan yang berlangsung antar dearah tidak hanya dalam hal distribusinya,
tapi juga dalam hal tingkat ata besarnya pendaptan itu sendiri. Hal ini dapat
dilihat dengan cara membandingkan persentase penduduk perdesaan terhadap
penduduk perkotaan untuk tiap-tiap golongan pendapatan. Porsi penduduk perdesaan
yang berada pada rentang pendapatan lapis bawah lebih besar dari pada porsi
penduduk perkotaan. Sebaliknya, pada rentang pendapatan lapis atas,porsi
penduduk perdesaan lebih kecil.
Table
persentase penduduk menurut golongan pengeluaran, pada tahun 1993
Daerah
|
Rentang
Pengeluaran ( dalam ribuan Rupiah per bulan)
|
|||||||
<20
|
20-30
|
40-59
|
60-79
|
80-99
|
100-149
|
150-199
|
>200
|
|
Perdesaan
Perkotaan
Desa+Kota
|
18,67
2,99
13,46
|
58,07
30,65
48,97
|
16,26
27,40
19,96
|
4,31
16,46
8,34
|
1,44
8,87
3,91
|
0,91
8,53
3,44
|
0,19
2,67
1,01
|
0,17
2,42
0,92
|
c) Ketidak
merataan pendapatan regional
Secara regional
atau antar wilayah berlangsund pula ketidakmerataan distribusi pendaptan
antarlapisan masyarakat. Bukan hanya itu diantara wilayah wilayah di Indonesia
bahkan terdapat ketidakmerataan tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi, dalam
perpektif antar wilayahm ketidakmerataan terjadi balik dalam hal tingkat
pendapatan masyarakat antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, maupun
dalam hal distribusi pendapatan di kalangan penduduk masing-masing wilayah.
Table koefisien
gni di pulau jawa dan luar jawa darah perdsaan dan daerah perkotan pada tahun 1976-1984
Wilayah dan daerah
|
1976
|
1978
|
1982
|
1984
|
Pulau Jawa
Daerah Perdesaan
Daerah Perkotaan
Luar Jawa
Daerah Perdesaan
Daerah Perkotaan
|
0,505
0,479
0,445
0,461
0,456
0,402
|
0,521
0,483
0,487
0,425
0,437
0,360
|
0,447
0,411
0,394
0,464
0,460
0,365
|
0,435
0,380
0,418
0,389
0,356
0,391
|
Dalam perbandingan
andara pulau jawa dan luar jawa, secara umum distribusi pendapatan di kalangan
lapisan-lapisan masyakarat di luar jawa lebih baik daripada di jawa. Namun
demikian, distribusi itu sendiri semakina membaik di kedua wilayah. Dalam
perspektif perbandingan antar daerah di masing-masing wilayah, terdapat
kecenderungan yang sama di kedua wilayah
No comments:
Post a Comment