Ini Untuk Makalahnya
Ini Untuk power pointnya
MAKALAH
PERILAKU ORGANISASI
“PERBEDAAN
INDIVIDU DAN PERILAKU KERJA”
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perbedaan
individu penting dibahas dan dipahami oleh pendidik agar para pendidik bisa
memahami perbedaan dari masing-masing peserta didik. Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sering timbulnya permasalahan akibat
perbedaan itu. Permasalahan ini kita akan mengetahui berbagai macam perbedaan
individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan
kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan
belajar, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaaan lingkungan keluarga, latar
belakang budaya dan etnis, dan faktor pendidikan.
Perkembangan
zaman menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan
meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dsb. Akibatnya ialah
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu, misalnya, pengangguran,
syarat-syarat pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan,
perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah
keluarga, keuangan, masalah pribadi, dsb. Walaupun pada umumnya masing-masing
individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu
mendapatkan bantuan.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa pengertian individu?
2.
Bagaimana karakteristik individu?
3.
Apa saja perbedaan individu?
4.
Apa pengertian perilaku kerja ?
5.
Perilaku kerja
menurut gender ?
6.
Apa saja indikator
perilaku kerja ?
7.
Apa saja faktor-faktor
perilaku
8.
Apa pentingnya
perilaku kerja ?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian individu.
2.
Mengetahui dan memahami karakteristik individu.
3.
Mengetahui perbedaan individu
4. Mengetahui
pengertian perilaku kerja
5. Mengetahui perilaku kerja menurut gender
6. Mengetahui apa saja indikator perilaku kerja
7. Mengetahui faktor-faktor perilaku
8. Mengetahui pentingnya perilaku kerja
BAB II PEMBAHASAN
A. PERBEDAAN
INDIVIDU
Dalam dunia
pendidikan terdapat berbagai macam faktor yang lain dengan satunya memiliki
andil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik adalah
memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan tersebut. Diantara berbagai
faktor tersebut adalah bagaimana para pendidik bisa memahami akan situasi dan
kondisi, baik lingkungan maupun peserta didik itu sendiri. Peserta didik
sebagai obyek dari pendidikan sangat urgen untuk diperhatikan dari berbagai
faktor. Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari
peserta didik tersebut. Diantara perkembangan perserta didik tersebut adalah
bagaimana dari individu dan karakteriststiknya Dari paparan singkat diatas,
maka kami akan mencoba menyajikan dalam tulisan ini apakah itu sebenarnya
individu, karakteristik dan permasalahannya. Sebab dalam dunia pendidikan kita
perlu untuk mengetahui segala perkembangan peserta didik termasuk dari
individu-individu dan karakteristik peserta didik tersebut
1.
Pengertian Individu
Manusia
adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan
tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal
yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan
manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana
dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk
yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan
seterusnya. Dalam kamus echols & shadaly (1975), individu adalah kata benda
dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat
merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan
membawaperubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan
sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. . Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. . Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
2.
Karakteristik Individu
Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Kepribadian,
prilaku apa yang diperkuat, dipikirkan, dan dirasakan oleh seseorang (individu)
merupakan ha sil diri perpduan antara factor biologis sebagaimana unsure bawaan
dan pengaruh lingkungan.
Natur dan
nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional
pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil
dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu.
Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan
dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.
3.
Perbedaan Individu
Dalam aspek
perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:
a.
semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam
pola perkembangannya,
b.
di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang
membentuk warisan manusia – secara biologis dan sosial – tiap-tiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara
keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
Beberapa
segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam:
kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan,
kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri
jasmaniah, latar belakang lingkungan.
Makna
“perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut lindgren (1980) menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Adapun
bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
a.
Perbedaan Kognitif
Kemampuan
kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau
penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang
diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan
itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
b.
Perbedaan Kecakapan Bahas
Bahasa
merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa
merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk
ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan
berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta
faktor fisik (organ bicara).
c.
Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan
motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan
koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk
melakukan kegiatan.
d.
Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan
latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau
menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
e.
Perbedaan Bakat
Bakat
merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan
berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara
tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi
kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang
menyentuhnya.
f.
Perbedaan Kesiapan Belajar
Perbedaan
latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat
penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama
tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh
dari luar yang lebih luas.
g.
Perbedaan Tingkat Pencapaian
Salah satu
bentuk nyata untuk melihat perbedaan anak adalah dengan memeriksa hasil
pencapaian dalam tes matematika standar. Tingkat pencapaian anak merupakan
suatu fungsi yang menunjukkan nilai belajar anak. Murid dalam posisi puncak di
suatu kelompok biasanya mampu belajar matematika dengan cepat, sementara murid
dengan posisi terendah di dalam kelas biasanya merupakan pebelajar yang lambat.
Pada posisi tengah-tengah, sekitar 50 persen diantaranya memiliki kemampuan
yang merata dalam pencapaian matematika.
h.
Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak-anak
berasal dari berbagai lingkungan keluarga. Anak dari keluarga berada dengan
pendidikan yang memadai biasanya datang ke sekolah dengan latar belakang
berbagai pengalaman lebih cenderung menjadi pebelajar yang cepat. Sebaliknya,
anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan dengan latar belakang orang
tua tanpa pendidikan cenderung menjadi pebelajar yang lambat.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang tua terhadap mata pelajaran ini.
Lingkungan keluarga selalu memberikan pengaruh terhadap sikap anak dalam menghargai matematika. Penelitian menujukkan adanya korelasi positif antara sikap anak terhadap matemtika dengan sikap orang tua terhadap mata pelajaran ini.
i.
Latar Belakang Budaya dan Etnis
Anak-anak
juga berbeda diapandang dari segi latar belakang budaya dan etnis. Motivasi
untuk belajar berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya,
layaknya anak-anak tertarik dan menilai pencapaiannya dalam suatu pendidikan.
j.
Faktor Pendidikan
Faktor
pendidikan mempengaruhi prestasi dalam bidang akademik. Anak-anak yang
memperoleh hasil yang selalu efektif, penuh arti, sebagai contoh program
matemtika yang dianjurkan, cenderung berada di atas rata-rata dan menjadi
pebelajar yang cepat. Murid yang memiliki sedikit pengalaman, seringnya
mengikuti metode drill tanpa akhir untuk belajar teknik menghitung dan
menghapalkan operasi dasar matematika biasanya mengalami kesulitan dalam
memahami matemtika dasar tahap lanjut.
4.
Masalah Individu
a.
Masalah kebutuhan individu
Kebutuhan
merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini
sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu
berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik
bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Beberapa
diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:
1. memperoleh
kasih sayang
2. memperoleh
harga diri
3. untuk memperoleh
pengharapan yang sama
4. ingin
dikenal
5. memperoleh
prestasi dan posisi
6. untuk
dibutuhkan orang lain
7. merasa
bagian dari kelompok
8. rasa aman
dan perlindungan diri
b.
Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku
Kegiatan
atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pernenuhan kebutuhan. Banyak
cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara
yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang disadari maupun yang tidak
disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat
menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam
lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus
menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah
maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalani proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” atau salah suai.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalani proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” atau salah suai.
c.
Masalah Belajar
Dalam proses
belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi
pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagamana menciptakan kondisi yang
baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih rencana belajar bagi siswa,
menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar,
diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri,
masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar,
memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,
mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dsb.
B. PERILAKU
KERJA
1.
Definisi
Perilaku kerja merupakan tindakan dan
sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang yang bekerja.
a.
Perilaku Kerja menurut Bond and Meyer
(1987 : 40 )
Perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan dan situasi kerja.
Perilaku kerja yaitu kemampuan kerja dan perilaku-perilaku dimana hal tersebut sangat penting di setiap pekerjaan dan situasi kerja.
b.
Perilaku Kerja menurut Robbins (2002
: 35 dan 39 )
Perilaku kerja yaitu dimana orang-orang dalam lingkungan kerja dapat mengaktualisasikan dirinya melalui sikap dalam bekerja. (Robbins menekankan pada sikap yang diambil oleh pekerja untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan di lingungan tempat kerja mereka).
Perilaku kerja yaitu dimana orang-orang dalam lingkungan kerja dapat mengaktualisasikan dirinya melalui sikap dalam bekerja. (Robbins menekankan pada sikap yang diambil oleh pekerja untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan di lingungan tempat kerja mereka).
c.
Definisi yang lain menyebutkan bahwa
perilaku kerja merupakan kemampuan kerja dan perilaku-perilaku darai para
pekerja dimana mereka menunjukkan tindakan dalam melaksanakan tugas-tugas yang
ada di tempat mereka bekerja.
2.
Pentingnya
perilaku kerja
Kerberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.
Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit)
dan budaya kerja. Oleh karena itu diupayakan untuk membentuk perilaku kerja
yang konsisten dan positif. Menurut Sinamo (2002), ada delapan paradigma
di tingkat perilaku kerja yang sanggup menjadi basis keberasilan baik di
tingkat pribadi, organisasional maupun sosial, yaitu :
a.
Bekerja tulus,
b.
Bekerja tuntas,
c.
Bekerja benar,
d.
Bekerja keras,
e.
Bekerja serius,
f.
Bekerja kreatif,
g.
Bekerja unggul, dan
h.
Bekerja sempurna.
3.
Perilaku kerja
menurut gender
Menurut Gray (2002: 401), mengemukakan
bahwa antara pria dan wanita harus mengetahui bahwa perbedaan gender bisa
mempengaruhi perilaku kerja mereka. Tanpa disadari oleh kaum pria dan wanita,
banyak ucapan atau perilaku yang dianggap wajar oleh masing-masing gender dapat
menyinggung perasaan dan harga diri lawan jenis. Hal ini tentu saja dapat
mengakibatkan konflik yang ujung-ujungnya juga dapat mempengaruhi perilaku
kerja serta mengganggu suasana kerja yang nyaman. Gray (2002: 403) untuk
menciptakan perilaku kerja yang baik harus memperhatikan :
a.
Komunikasi pria dan wanita,
b.
Perasaan di tempat bekerja,
c.
Menetapkan batasan dalam tiap perilaku
kerja,
d.
Mengingatkan berbagai perbedaan yang ada
Kesimpulan: Perilaku kerja antara pria
dan wanita tidak sama. Dalam memahami perilaku kerja menurut gender dibutuhkan
komunikasi dan pemahaman yang penuh, sehingga tidak mengakibatkan konflik dalam
bekerja.
4.
Indikator
perilaku kerja
a.
Indikator menurut kamus Oxford (2000:
690)
Indikator menurut kamus Oxford is a sign that shows you what something is like or how situation is changing. Yang artinya yaitu suatu petunjuk atau tanda yang menunjukkan bagaimanakah dengan suatu keadaan atau bagaimana suatu situasi berubah-ubah. Di dalam perilaku kerja juga terdapat indikatornya, dimana indikator tersebut juga merupakan hal-hal yang dapat mengukur sampai sejauh mana perilaku kerja dapat berperan di tempat kerja.
Indikator menurut kamus Oxford is a sign that shows you what something is like or how situation is changing. Yang artinya yaitu suatu petunjuk atau tanda yang menunjukkan bagaimanakah dengan suatu keadaan atau bagaimana suatu situasi berubah-ubah. Di dalam perilaku kerja juga terdapat indikatornya, dimana indikator tersebut juga merupakan hal-hal yang dapat mengukur sampai sejauh mana perilaku kerja dapat berperan di tempat kerja.
b.
Indikator perilaku kerja menurut Anthony
& Jansen (1984: 41)
Menurut Anthony & Jansen ada indikator yang benar-benar mempengaruhi perilaku kerja, yaitu :
Menurut Anthony & Jansen ada indikator yang benar-benar mempengaruhi perilaku kerja, yaitu :
1. Getting
along (keramahtamahan) : Menurut kamus idiomatic NTC’s
(1993: 291) yaitu (for people or other creatures) to be amiable with one
another. Yang artinya ramah terhadap satu dengan yang lainnya. Contohnya yaitu
seperti hubungan dengan antar para pekerja dan atasan. Hal ini berarti bahwa
suatu hubungan yang ramah dapat mempengaruhi perilaku kerja antar pekerja dan
atasan. (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :
42).
2. Doing
the job(melakukan pekerjaan, contoh : kualitas pekerjaan)
Melakukan suatu pekerjaan harus dilakukan dengan baik agar dapat mengukur suatu kualitas pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene : 42).
Melakukan suatu pekerjaan harus dilakukan dengan baik agar dapat mengukur suatu kualitas pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene : 42).
3. Being
dependable (dapat diandalkan, dalam hal ini contohnya
ketepatan waktu)
Menurut Oxford Dictionary “being dependable” is that can be relied on to do what you want or need. Yang artinya seorang pekerja harus bisa diandalkan. Contohnya seperti ketepatan waktu untuk mask kerja atau menghadiri rapat (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
Menurut Oxford Dictionary “being dependable” is that can be relied on to do what you want or need. Yang artinya seorang pekerja harus bisa diandalkan. Contohnya seperti ketepatan waktu untuk mask kerja atau menghadiri rapat (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
c.
Indikator kerja menurut Griffiths
Empat
indikator kerja menurut Griffiths (1973: 41 dan 42), yaitu :
1. Social
relationships—response to supervision
Seorang
pekerja harus memiliki hubungan sosial yang baik dengan pekerja yang lain,
dimana masing-masing pekerja harus mengawasi rekan kerja agar bertindak di
jalan yang benar dan mengingatkan apabila ada kesalahan. (Harry W.C. Michon,
Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
2. Task
competence (kemampuan untuk melakukan pekerjaan)
Ada
tanggung jawab dan kesadaran dari para pekerja dalam melaksanakan seluruh
tugasnya karena mereka memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut (Harry
W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
3. Work
motivation (motivasi
kerja)
Adanya
kemauan untuk bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Harry W.C. Michon,
Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
4. Initiative—confidence
(inisiatif—percaya diri)
Menurut
kamus Oxford (2000, 699) initiative is the ability to decide and act on your
won without waiting for somebody to tell your what to do. Sedangkan menurut
kamus Oxford (2000, 272) confidence is a belief in your own ability to do
things and be succesfull. Keduanya dapat diartikan yaaitu dalam perilaku kerja
yang baik harus memupuk rasa percaya diri yang penuh serta mengambil inisiatif
bahwa semua pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan jobdesc yang ada.
d.
Indikator perilaku kerja menurut Bryson
et al (1997: 41 dan 42)
Empat indikator yang mempengaruhi perilaku kerja menurut Bryson et al, yaitu:
Empat indikator yang mempengaruhi perilaku kerja menurut Bryson et al, yaitu:
1. Cooperatives—social
skills (kemampuan berhubungan sosial) : Menurut Oxford
(2000, 270) cooperativeness is involving doing something together or working
together with others towards a shared aim. Yang memiliki arti yaitu
mengandalkan kemampuan sosial untuk bekerjasama dengan antar para pekerja untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
2. Work
quality (kualitas pekerjaan) : Para pekerja harus
menunjukkan kualitas kerja yang baik agar dapat diakuai dan dihargai (Harry
W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
3. Work
habits (kebiasaan kerja) : Kebiasaan kerja dihubungkan
dengan perilaku yang positif dan negatif di tempat kerja (Harry W.C. Michon,
Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
4. Personal
presentation (pengendalian diri, contoh : tidak menjadi mudah marah dan agresif
dan tidak berperilaku aneh)
Di tempat kerja harus dapat mengendalikan diri dan menunjukkan pribadi yang profesional dalam bekerja (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
Di tempat kerja harus dapat mengendalikan diri dan menunjukkan pribadi yang profesional dalam bekerja (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene :42).
5. Indikator
perilaku kerja menurut Tsang & Chiu (2000: 41 dan 42)
Tiga indikator penting yang mempengaruhi perilaku kerja, yaitu :
Tiga indikator penting yang mempengaruhi perilaku kerja, yaitu :
a.
Social behavior (hubungan sosial). Dapat
menunjukkan perilaku sosial yang sesuai dengan aturan dan norma yang ada di
tempat kerja (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene
:42).
b.
Vocational skill (keahlian atau jemampuan
berdasarkan kejuruan). Menurut Oxford (2000: 1506) vocational skills is
connected with the skills, knowledge. That you need to have in order to do a
particular job. Yang artinya hal tersebut berhubungan dengan kemampuan atau
pengetahuan. Dan hal tersebut dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan.
Contohnya yaitu kemampuan kejuruan memasak dibutuhkan oleh seorang koko sehingga keahlian memasaknya yang sesuai dengan kejuruan yang diambil diperlukan di tempat ia bekerja.
Contohnya yaitu kemampuan kejuruan memasak dibutuhkan oleh seorang koko sehingga keahlian memasaknya yang sesuai dengan kejuruan yang diambil diperlukan di tempat ia bekerja.
c.
General behavior (perilaku umum). Perilaku
umum yang ditunjukkan akan dapat diketahui untuk mendeteksi perilaku kerja para
karyawan (Harry W.C. Michon, Hans Kroon, Jaap Weeghel & Aart H. Schene
:42).
6.
Faktor-faktor
perilaku kerja
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku kerja di tempat kerja, yaitu :
1.
Lingkungan kerja
Di dalam suatu lingkungan kerja harus
benar-benar memberikan rasa aman bagi para pekerja. Para pekerja atau karyawan
menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungan kerja, baik dari strategi
kenyamanan pe\ribadi maupun kemudahan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
Lingkungan fisik yang aman, nyaman, bersih dan memiliki tingkat gangguan
minimum sangat disukai oleh para pekerja (Robbins, 2002 : 36).
2.
Konflik
Konflik dapat konstruktif atau
destruktif terhadap fungsi dari suatu kelompok atau unit. Tapi sebagian besar
konflik cenderung merusak perilaku kerja yang baik karena konflik akan
menghambat pencapaian tujuan dari suatu pekerjaan (Robbins, 2002: 199).
3.
Komunikasi
Dalat memahami perilaku kerja,
komunikasi merupakan salah satu faktor terpenting yang berperan sebagai
penyampaian dan pemahaman dari sebuah arti (Robbins, 2002: 146).
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia
adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan
tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal
yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan
manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Perbedaan
individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan
kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan
kesiapan belajar, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaaan lingkungan keluarga,
latar belakang budaya dan etnis, dan faktor pendidikan.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih ada kekurangan dan tentunya
masih jauh dari harapan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, serta arahan dan bimbingan dari semua pihak. Semoga
makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca, baik bagi siswa, orang tua, guru
dan masyarakat. Jika yang membaca adalah seorang siswa, hendaknya ia mengetahui
dan mempelajari tugas-tugas perkembangan dengan baik serta dapat menerapkannya.
Jika orang tua, hendaknya ia dapat mengontrol tugas-tugas perkembangan anak
yang belum diselesaikan dan membimbing, mengarahkan serta mengantarkan ke arah
yang positif. Orang tua dan guru membantu menyelesaikan tugas perkembangan
sehingga mencapai tingkat sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment