Bantu Kami Share Info Menarik dan Dapatkan Rp350.00 per Kunjungannya Menarik Mudah dan Asik Kunjungi 8Share.co.id

PO|Makalah Perbedaan individu dan perilaku kerja

Thursday, 12 November 2015

Silahkan Download Makalahnya


Perbedaan individu dan perilaku kerja
Mengapa perbedaan individu merupakan hal yang penting?
Perbedaan individu diutamakan dalam ilmu manajemen dan perilaku orgaisasi karena sebuah alasan penting. Perbedaan individu memiliki dampak langsung terhadap perilaku. Setiap orang merupakn pribadi yang unik berkat latar belakan mereka, karaktaristik individual, kebutuhan dan cara mereka memandang dunia dan individu lain. Orang yang memandang berbagai hal secara berbeda akan berperilaku secara berbeda. Orang yang memiliki sikap berbeda akan memiliki respons yang berbeda terhadap perintah dan pada hal – hal yang lain, semua aktifitas organisasi selalu dipengaruhi oleh perbedaan individu.
Suatu cara yang bermanfaat untuk memikirkan berapa pentingya perbedaan individu dalam mempengaruhi perilaku kerja adalah penggunaan kerangka kerja (attraction – selection – attrition). Menurut asa, daya tarik organisasi atau attraction terhadap calon tenaga kerja , pemilihan tenaga kerja (selection) yang dilakukan oleh organisasi, dan pengurangan tenaga kerja (attrition) dalam organisasi menentukan jenis orang yang akan bertahan dalam organisasi. Orang – orang inilah yang pada akhirnya akan menentukan perilaku organisasi.
Setiap individu berbeda dengan individu lain dalam banyak hal. Seorang manajer perlu memikirkan perbedaan semacam ini dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja karyawan. Perbedaan antar orang memerlukan  penyesuaian  oleh individu dan orang yang akan bekerja dengannya. Manajer yang mengabaikan perbedaan senacam ini sering terlibat dalam praktik yang menghalangi pencapaian tujuan pribadi dan organisasi.
Dasar untuk memahami perilaku kerja
Faktor demografis seperti usia, ras, dan gender mempengaruhi perbedaan individu. Di samping itu genetik mempengaruhi perbedaan individu seperti tabiat. Rangkaian lain muncul dari hal lain seperti latar belakang lingkungan seseorang. Sebagai contoh anak kulit hitam di chicago lebih mungkin untuk merespon, berperilaku, dan bahkan berbicara secara berbeda dengan anak kulit hitam yang lahir dan dibesarkan di Athens, Georgia.
Untuk memahami perbedaan individual , keturunan dan lingkungan pribadi perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan. Bahkan ketika faktor – faktor itu dipahami, masih sulit untuk secara akurat memprediksi perilaku.

Gambar perbedaan individu di tempat kerja



                                                             Perbedaan Individual
                                                                    Kepribadian
 


                               Persepsi                    Kemampuan dan                 Sikap
                                                                    Ketrampilan                                        
                                                                 Perilaku Kerja:
                                                              produktifitas, kreat
                                                              ifitas, kinerja.                                                
                                                                 
Keterangan:
Praktik manajemen yang abik menysyaratkan dikenalinya perbedaan perilaku individu dan jika mungkin dijadikan pertimbangan dalam mengelola perilaku organisasi. Untuk memahami perbedaan individu sorang manajer harus:
1.      Mengamati dan mengenali perbedaan tersebut
2.      Mempelajari hubungan antar variabel yang mempengaruhi perilaku individu
Perilaku kerja adalah semua hal yang dilakukan sesorang dalam lingkungan pekerjaan. Akan tetapi, demikian juga berkhayal dilingkungan sedang berada di lapangan golf, bersosialisasi dengan teman di pendingin air, dan mensabotase peralatan baru. Beberapa perilaku ini berkontribusi pada produktivitas lainnya tidak produktif bahkan kontraproduktif.
Perbedaan individu mempengaruhi perilaku kerja
Variabel individual diklasifikasikan sebagai faktor keturunan dan keragaman, kepribadian, kemampuan, dan ketrampilan, persepsi, dan sikap. Semua variabel itu mempengaruhi perilaku kerja utama seperti produktivitas karyawan, kreativitas, dan kinerja.
Faktor keturunan. Keturunan memberikan penjelasan genetik mengenai beberapa aspek keragaman manusia. Yang termasuk dalam penjelasan mengenai hereditas adalah perdebatan mengenai gender, ras, dan latar belakang etnis. Berhubungan dengan konsep keturunan, keanekaragaman berkenaan dengan atribut yang menjadikan orang berbeda dengan orang lain. Enam dimensi yang utama mencakup usia, etnis, gender, atribut, fisik, ras, dan orientasi seksual.
Kemampuan dan ketrampilan. Kemampuan dan ketrampilan memainkan peran penting dalam perilaku dan kinerja organisasi. Kemampuan adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas fisik atau mental. Ketrampilan adalah bakat yang dipelajari yang seorang miliki untuk melakukan suatu tugas. Kemampuan berikut telah diidentifikasikan sebagai faktor – faktor yang penting untuk membantu membedakan karyawan yang berkinerja tinggi dan berkinerja rendah: kemampuan mental, intelegensi emosi, dan tacit knowledge. Kemampuan mental dapat dibagi menjadi beberapa subkategori, termasuk kelancaran dan pemahaman verbal, penalaran induktif dan deduktif, memori asosiatif, dan orintasi spasial. Intelegensi emosi merujuk pada kemampuan sesorang untuk menyadari perasaan, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengekspresikan empati, dan merancang hubungan dengan orang lain. Tacit knowledge merujuk pada pengetahuan praktis yang diperoleh karyawan melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Menurut robert j. Stenberg manajer dan pemimpin yang pintar secara praktis akan cenderung untuk:
·         Mengembangkan kekuatan mereka dan mengatasi kekurangan mereka.
·         Menyadari bahwa mereka tidak pandai dalam semua hal.
·         Mengatasi ekspektasi negatif yang diberikan oleh orang lain di sekitar mereka.
·         Belajr dari pengalaman positif dan negatif mereka.
·         Memiliki sikap percaya diri.
Sikap. Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan dengan persepsi, kepribadian, perasaan, dan motivasi. Definisi sikap ini memiliki implikasi tertentu bagi manajer. Pertama, sikap adalah suatu yang dipelajari. Kedua, sikap menentukan pandangan awal terhadap berbagai aspek di dunia. Ketiga, sikap membangun dasar emosional hubungan interpersonal seseorang dan identifikasi dengan orang lain. Keempat, sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti kepribadian. Ada teori berpendapat bahwa kognisi, afeksi, dan perilaku menentukan sikap, dan bahwa sikap pun pada akhirnya menentukan kognisi, afeksi, dan perilaku. Kognisi, hal ini pada dasarnya adalah apa yang diketahui individu mengenadiri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Afeksi, komponen emosional dari suatu sikap, seringkali dipellajari dari orang tua, guru, dan anggota kelompok kerja. Disonansi kognitif, suatu keadaan mental dari kecemasan yang muncul ketika terdapat konflik antar berbagai kognitif individu stelah suatu keputusan dibuat.tiga komponen dari sikap: kognisi, afeksi, dan perilaku.








  Stimulus                         gaya manajer
  faktor lingkungan          teknologi
  kerja                               kebisingan
                             rekan kerja
                             sistem penghargaan
                             rencana kompensasi
 


                      
   Kognisi                               keyakinan dan nilai
                                                                                                                                                                
    Afeksi                                perasaan dan emosi                                                                                           
                                               
    Perilaku                              perilaku dengan tujuan



Mengubah sikap.
Manajer seringkali bertugas mengubah sikap karyawan mereka agar dapat bekerja lebih keras dan mencapai kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Mengubah sikap bergantung pada tiga faktor
·         Komunikator. Karyawan lebih mungkin mengubah siakap mereka jika mereka mempercayai manajer, menyukai manajer, dan mempersepsikan manajer memiliki kelebihan.
·         Pesan. Meskipun manajer dipercaya, disukai, dan dilihat memiliki kelebihan, pesannyapun harus jelas, dapat dipahami, dan meyakinkan.
·         Situasi. Kemampuan manajer untuk merubah sikap karyawan sebagian bergantung pada situasi di mana usaha tersebut dilakukan.
Sikap dan kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kepuasan kerja:
§  Imbalan – jumlah pembayaran yang diterima dan tingkat kesesuaian antara pembayaran tersebut dengan pekerjaan yang dilakukan.
§  Pekerjaan itu sendiri – sejauh mana pekerjaan dianggap menarik, menyediakan kesempatan untuk belajar , dan memberikan tanggung jawab.
§  Peluang promosi – ketersediaan peluang untuk maju.
§  Supervisi – kompetensi teknis dan ketrampilan interpersonal dari atasan langsung.
§  Rekan kerja – sejauh mana rekan kerja bersahabat , kompeten, dan memberikan dukungan.
§  Kondisi pekerjaan – sejauh mana lingkungan kerja fisik memberikan kenyamanan dan mendukung produktivitas.
§  Keamanan pekerjaan – keyakinan bahwa posisi seseorang relatif dan ada peluang untuk dapat terus bekerja dalam organisasi.
Kepuasan dan Kinerja Perusahaan           
Salah satu persoalan yang paling banyak diperdebatkan  dan kontroversial dalam studi kepuasan kerja adalah hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja pekerjaan (efektivitas). Tiga pandangan umum mengenai ini telah diketemukan:
1.      Kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja pekerjaan.
2.      Kinerja pekerjaan berpengaruh pada kepuasan kerja.
3.      Hubungan kepuasan kerja – kinerja diperantarai oleh variabel lain seperti penghargaan.

Hubungan kepuasan kinerja: tiga pandangan 
1.      kepuasan kerja             penyebab                                            kinerja pekerjaan
                                               pekerja yang puas akan lebih produktif

                                        penyebab
2.      kinerja pekerjaan                                                                      kepuasan kerja
                                pekerja yang lebih produktif akan puas




                                                       keseimbangan yang dipersepsikan
3.      kinerja pekerjaan                   penghargaan                        kepuasankerja
                                


Kepribadian. Hubungan antara perilaku dan kepribadian mungkin merupakan salah satu hal terkompleks yang harus dipahami  manajer. Walau banyak aspek dari pembentukan, perkembangan, dan ekspresi kepribadian belum dipahami dengan sempurna, beberapa prinsipnya pada umumnya sudah diterima sebagai hal yang benar. Misalkan, pernyataan bahwa kepribadian:
a.       Tampak diorganisasikan kedalam pola – pola yang, pada beberapa tingkatan, dapat siamati dan dapat diukur.
b.      Memiliki aspek dangkal, seperti sikap ketika sesorang menjadi pemimpin tim, dan lebih mendalam, seperti sentimen mengenai otoritas atau etika kerja yang lebih kuat.
c.       Melibatkan karkteristik umum ataupun unik.setiap orang berbeda dengan orang lain dalam beberapa hal , tetapi juga memiliki kesamaan dengan orang lain dalam hal yang lain.
Kepribadian sendiri tidak secara tiba – tiba terbentuk atau muncul secara acak. Kepribadian merupakan hasil dari sejumlah kekuatan yang secara bersama membantu membentuk pribadi unik.


Beberapa kekuatan utama yang mempengaruhi kepribadian




                                                                  budaya
 


                                                                            
      keturunan                          kepribadian              kelas sosial dan kea-
                                                               individu                    ngotaan kel.lain
 


                                                                hubungan
                                                                keluarga


Kepribadian merupakan produk bawaan (nature), sekaligus juga lingkungan atau nurture. Nature merujuk pada keturunan. Pengaruh lain merupakan bagian dari sisi nature dan kepribadian. Lingkungan atau nurture merujuk pada pola pengalaman kehidupan yang dimiliki. Hubungan keluarga merupakan bagian penting dari nature.
Budaya secara signifikan membentuk diri setiap orang. Kita seringkali tidak memahami dampak dari budaya dalam pembentukan kepribadian kita. Hal tersebut terjadi secara bertahap, dan pada umumnya tidak ada alternatif selain menerima budaya tersebut.
Kelas sosial juga sangat penting dalam mmbentuk kepribadian . Berbagai lingkungana kota seringkali dihuni oleh berbagai kelas sosial, masing – maing dengan adat istiadatnya sendiri. Kelas sosial mempengaruhi persepsi  diri sesorang, persepsinya terhadap  orang lain, persepsinya terhadap  pekerjaan, otoritas, dan uang. Dalam kaitannya dengan permasalahan organisasi seperti penyesuaian, kualitas kehidupan kerja, dan ketidakpuasan,  manajer yang berusaha memahami karyawan harus memberikan perhatian kepada faktor kelas sosial ini.

KEPRIBADIAN DAN PERILAKU DALAM ORGANISASI

Minat dan fokus terhadap kepribadian sebagai kunci memahami perilaku organisasi memicu penelitian dalam bidang berikut :
Ø  Dimensi kepribadian “Big Five”,
Ø  Locus of Control (pusat pengendalian),
Ø  Self-Efficacy (kemampuan untuk meraih hasil yang diinginkan), dan
Ø  Kreativitas.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing dimensi :
1.      Dimensi Kepribadian Big Five
Dimensi ini yakni mencakup :
§  Extroversion (keterbukaan terhadap lingkungan sosial dan fisik) yang merujuk pada kecenderungan orang untuk bersosialisasi, asertif, suka berteman dan berbicara, dan aktif. Orang yang memiliki tingkat extrovesion tinggi cenderung senang berbicara dan berinteraksi dengan rekan kerja, dan mereka mencari pekerjaan yang memiliki interaksi sosial yang tinggi.
§  Emotional Stability (stabilitas emosional) merupakan kecenderungan seseorang mengalami keadaan emosi yang positif seperti merasa aman secara psikologis, tenang, dan santai. Di lain pihak, kecemasan, depresi, kemarahan, dan rasa malu merupakan karakteristik dari stabilitas emosional yang rendah lebih mungkin untuk mengalami stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
§  Agreeableness (kesetujuan) merupakan kecenderungan untuk memiliki rasa hormat, pemaaf, toleran, mudah percaya, dan berhati lunak. Hal ini dapat menjadikan seseorang sebagai anggota tim yang efektif dan dapat memperoleh prestasi pada pekerjaan di mana mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal yang baik merupakan hal yang penting.
§  Conscientiousness (pengaturan diri) merupakan kecenderungan untuk dapat diandalkan, terorganisir, menyeluruh, dan bertanggungjawab. Individu yang memiliki tingkat conscientiousness yang tinggi juga cenderung tekun, bekerja keras, dan senang mencapai dan menyelesaikan berbagai hal. Karyawan yang rendah dalam hal conscientiousness cenderung jorok, ceroboh, tidak efisien, dan bahkan malas.
§  Openness to experience (keterbukaan terhadap pengalaman), hal ini mencerminkan sejauh mana seseorang individu berpikir luas, kreatif, ingin tahu, dan pintar. Dimensi ini merefleksikan sejauh mana seorang individu memiliki minat yang luas dan bersedia mengambil risiko. Orang yang memiliki tingkat openness to experience yang tinggi cenderung berhasil dalam pekerjaan di mana perubahan terjadi secara terus menerus dan inovasi merupakan hal yang penting.



Dimensi
Dihubungkan dengan perilaku kerja berikut
Implikasi Manajerial
Extroversion tinggi




Emotional stability tinggi





Agreeableness tinggi










Conscientiousness tinggi






Openness to experience
Kinerja pekerjaan dari manajer dan tenaga penjual; keperluan akan pelatihan.


Kepuasan kerja secara umum; motivasi




Penilaian kinerja oleh anggota tim; keterampilan interpersonal









Kinerja pekerjaan di sebagian besar pekerjaan ; motivasi ; kepuasan kerja ; kehadiran ; dan perilaku kontraproduktif yang lebih sedikit


Kemudahan dilatih
Gunakan pengukuran kepribadian dalam mengidentifikasikan individu yang memiliki tingkat extroversion tinggi untuk pekerjaan yang memerlukan banyak interaksi sosial.
Manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dan memotivasi karyawan sampai titik tertentu saja; karyawan yang memiliki tingkat stabilitas emosional rendah akan lebih sulit untuk dipengaruhi.
Manajer seharusnya berusaha untuk memasukkan individu yang memiliki tingkat agreeableness tinggi ke dalam tim, karena mereka membantu tim tersebut berfungsi dengan lebih lancar dengan menggunakan keterampilan interpersonal mereka untuk mempertahankan saluran komunikasi tetap terbuka dan untuk menyelesaikan masalah intrakelompok.
Pengukuran kepribadian seharusnya digunakan untuk memilih individu dengan tingkat conscientiousness yang tinggi. Seleksi seharusnya mencakup pengambillan pegawai baru dan karyawan yang telah ada yang melamar untuk promosi internal.
Pengukuran kepribadian seharusnya digunakan untuk mengidentifikasikan karyawan yang membutuhkan pelatihan.



2.      Locus Of Control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan sampai dimana individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka .
3.      Self- Efficacy
Yakni dimensi yang berhubungan dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan kemampuan diri. Hal tersebut merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self-efficacy yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka. Konsep self-efficacy memasukkan tiga dimensi : besarnya, kekuatan, dan generalitas. Besarnya merujuk pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat ditangani oleh individu. Kekuatan merujuk pada apakah keyakinan berkenaan dengan besarnya self-efficacy kuat atau lemah. Generalitas menunjukkan seberapa luas situasi dimana keyakinan terhadap kemampuan tersebut berlaku.
Perasaan self-efficacy memiliki sejumlah implikasi manajerial dan organisasional :
§  Keputusan seleksi – Organisasi seharusnya memilih individu yang memiliki perasaan self-efficacy yang tinggi. Individu tersebut dapat dimotivasi untuk terlibat dalam perilaku yang akan membantu mereka berkinerja dengan baik. Self-efficacy dapat diukur selama proses penerimaan pegawai/promosi.
§  Program pelatihan – Organisasi seharusnya mempertimbangkan tingkat self-efficacy karyawan ketika memilih kandidat untuk program pelatihan. Jika anggaran pelatihan terbatas maka lebih banyak pengembalian (misalkan kinerja) dari investasi pelatihan yang dapat direalisasi dengan mengirimkan hanya karyawan yang memiliki self-efficacy tinggi. Individu jenis ini akan cenderung belajar lebih banyak dari pelatihan, dan pada akhirnya akan lebih mungkin untuk menggunakan pelatihan tersebut untuk meningkatkan kinerja pekerjaan.
§  Penetapan tujuan dan kinerja – Organisasi dapat mendorong tujuan kinerja yang lebih tinggi dari karyawan yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Hal ini akan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi dari karyawan, yang penting bagi banyak organisasi pada era hiperkompetisi.

4.      Kreativitas
Merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi, dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan. Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang dapat didorong dan dikembangkan dalam organisasi. Caranya dengan memberikan orang kesempatan dan kebebasan untuk berpikir dengan cara yang tidak konvensional.

Diskusi :
Apakah manajer wanita dan pria berbeda ?
Manajer pria dan wanita jelas berbeda dalam keberhasilan mereka dalam rangking manajerial. Walau wanita telah membuat terobosan dengan memasuki manajemen sejak tahun 1970, dengan proporsi keseluruhan manajer wanita meningkat dari 16 persen menjadi 40 persen, proporsi wanita memegang posisi manajemen puncak masih kurang dari 3 persen. Hal ini dapat dikarenakan manajer pria lebih tua dan lebih berpengalaman daripada rata-rata manajer wanita. Lagi pula karir manajemen hampir selalu dimulai dari bawah. Jika tidak terdapat perbedaan antara manajer pria dan wanita, tentu kita tinggal menunggu waktu sampai proporsi wanita menjadi sama pada semua tingkat manajerial.
Tiga sudut pandang yang berbeda telah muncul :
1.      Tidak terdapat perbedaan . Wanita yang mencari karir yang nontradisional menolak stereotip dan memiliki kebutuhan, nilai, dan gaya kepemimpinan yang serupa dengan pria yang mengejar karir manajerial.
2.      Perbedaan stereotip. Manajer wanita dan pria berbeda dalam cara yang dinyatakan stereotip, sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi yang memperkuat maskulinitas pada pria dan femininitas pada wanita.
3.      Perbedaan nonstereotip. Manajer wanita dan pria berbeda dalam cara yang berlawanan dengan stereotip karena manajer wanita harus sangat liar biasa untuk mengkompensasi pengalaman sosialisasi awal yang berbeda dengan pria.
Pemimpin pria dinilai lebih efektif dalam studi laboraturium, tapi pemimpin pria dan wanita dianggap sama efektifnya dalam dunia nyata.






Kesimpulan
Perilaku kerja adalah semua hal yang dilakukan sesorang dalam lingkungan pekerjaan. Akan tetapi, demikian juga berkhayal dilingkungan sedang berada di lapangan golf, bersosialisasi dengan teman di pendingin air, dan mensabotase peralatan baru. Beberapa perilaku ini berkontribusi pada produktivitas lainnya tidak produktif bahkan kontraproduktif.
Perbedaan individu mempengaruhi perilaku kerja
1.      Faktor keturunan
2.      Kemampuan dan keterampilan
3.      Sikap
4.      Kepribadian
Minat dan fokus terhadap kepribadian sebagai kunci memahami perilaku organisasi memicu penelitian dalam bidang berikut :
Ø  Dimensi kepribadian “Big Five”,
Ø  Locus of Control (pusat pengendalian),
Ø  Self-Efficacy (kemampuan untuk meraih hasil yang diinginkan), dan
Ø  Kreativitas.


No comments:

Post a Comment