A.
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai
sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh individu. Meskipun secara umum,
motivasi merujuk ke upaya yang dilakukan guna mencapai setiap sasaran, di sini
kita merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita adalah perilaku yang
berkaitan dengan sasaran organisasi yang berkaitan degan kerja. Ada tiga unsur
kunci dalam definisi itu: upaya, sasaran organiasi, dan kebutuhan.
Unsur upaya merupakan ukuran
intensitas atau dorongan. Seseorang yang termotivasi, untuk dia berusaha keras.
Tetapi tingkat upaya yang tinggi tidak selalu menghasilkan kinerja yang
mengutungkan organisasi. Kebutuhan, mengacu ke keadaan batin yang membuat
hasil-hasil tertentu tanpak menarik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan
menciptakan ketegangan yang merangsang dorongan di dalam diri seseorang.
Dorongan itu menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan sasaran tertentu
yang, jika tercapai, akan memuaskan kebutuhan itu dan menurunkan ketegangan
tadi.
Kita dapat mengatakan bahwa
karyawan-karyawan yang termotivasi itu berada dalam keadaan tegang. Semakin
besar ketegangan itu, semakin tinggi tingkat usahanya. Jika usaha itu menghasilkan
pemuasan kebutuhan, maka usaha itu menurunkan ketegangan. Karena kita berminat
pada perilaku kerja, usaha yang menurunkan ketegangan ini harus pula diarahkan
ke sasaran perusahaan. Oleh karena itu, yang melekat pada definisi kita
mengenai motivasi ialah persyartan bahwa kebutuhan individu tadi cocok dan
konsisten dengan sasaran organisasi tersebut.
Sedangkan pengertian
motivasi menurut beberapa ahli menajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai
berikut:
Menurut Wexley dan Yukl motivasi adalah
pemberian atau penumbulan motif, diartikan pula hal atau keadaan menjadi motif.
Menurut Mitchell motivasi mewakili proses-proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya
persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan terntenu.
Gray mengartikan motivasi sebagai sejumlah proses,
yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu.
T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah
keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan terntentu guna mencapai tujuan.
Henry Simamora, menyebutkan pengertian motivasi
menurutnya adalah sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu
akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan
atau hasil yang dikehendaki.
Soemarno secara umum mendefinisikan
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif
atau reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong, merangsang,
atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilakukannya sehingga
mencapai tujuaannya.
Teori-Teori Awal Tentang Motivasi
Kita akan melihat tiga teori
awal motivasi, ada tiga teori yaitu hirarki kebutuhan Maslow, teori X dan Y
McGregor, dan teori motivasi higinenis Herzbreg.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Teori hirarki kebutuhan
Abraham Maslow, Maslow berpendapat bahwa pada diri tiap orang terdapat hirarki
dari lima kebutuhan:
Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Maslow
1.
Kebutuhan Fisik : makanan, minuman,
tempat tinggal, kepuasaan seksual, dan kebutuhan fisik lain.
2.
Kebutuhan keamanan: keamanan
dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa
kebutuhan fisik akan terus terpenuhi
3.
Kebutuhan Sosial: kasih sayang, menjadi
bagian dari kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan persahabatan.
4.
Kebutuhan Harga Diri: faktor harga diri
internal seperti penghargaan diri, otonomi, dan pencapaian prestasi dan faktor
harga diri esternal seperti harga diri status, pengakuan (diorangkan), dan
perhatian.
5.
Kebutuhan Aktualisasi diri: pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk
menjadi apa yang ia mampu capai.
Dalam istilah motivasi Maslow berpendapat bahwa tiap tingkat dalam hirarki
itu harus secara subtansial terpuaskan sebelum hirarki berikutnya menjadi aktif
dan setelah kebutuhan tersebut secara subtansial terpenuhi, kebutuhan tersebut
tidak lagi bisa memotivasi perilaku. Jika kita ingin memotivasi seseorang,
menurut Maslow, kita perlu memahami di tingkat mana keberadaan orang itu dalam
hirarki dan perlu berfokus pada pemusatan kebutuhan pada atau di atas tingkat
itu. Sehingga kebutuhan orang tersebut dapat terpuaskan.
Teori X
dan Teori Y Mcgregor
Teori X dan Y sangat sederhana, teori X pada dasarnya
menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori X berasumsi bahwa para
pekerja mempunyai sedikit saja ambisi untuk maju, tidak menyukai pekerjaan,
ingin menghindari tanggung jawab, dan perlu diawasi dengan ketat agar dapat
efektif bekerja. Sedangkan teori Y menawarkan pandangan positif.
Teori Y berasumsi bahwa para pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima
dan secara nyata mencari tanggung jawab, dan menganggap bekerja sebagai suatu
kegiatan alami. McGroger yakin bahwa asumsi teori Y lebih menekankan sifat
pekerja sebenarnya dan harus menjadi pedoman bagi praktek manajemen.
Teori
Motivasi Higienis Herzbreg
Teori motivasi higienis Frederick Herzbreg berpendapat
bahwa faktor intrinsik terkait dengan kepuasan dan motivasi kerja. Hubungan
individu dan dengan pekerjaannya itu merupakan hubungan yang mendasar dan bahwa
sikap individu tersebut terhadap pekerjaan menentukan kesuksesan atau
kegagalan. Karakteristik tertentu secara konsisten terkait dengan
kepuasan kerja dan faktor lain terkait dengan ketidakpuasan kerja.
Gambar 2. Teori Motivasi Higienis Herzbreg
Faktor-faktor
yang terkait dengan kepuasan kerja hal-hal seperti prestasi,
pengakuan dan tanggung jawab. Sehingga dapat disebut juga sebagai faktor
intrinsik. Sedangkan faktor-faktor yang terkait dengan ketidakpuasan
kerja seperti kebijakan dan pengelolaan perusahaan, pengawasan, hubungan antar
pribadi, dan kondisi kerja.
Menurut Herzbreg, faktor-faktor yang menghasilkan
kepuasan kerja terpisah dan berbeda dari yang menghasilkan ketidakpuasan kerja.
Oleh karena itu, para manajer yang berusaha menghapuskan faktor-faktor yang
menciptakan ketidakpuasan kerja dapat menghasilkan harmoni di tempat kerja tapi
bukan motivasi. Karena faktor ketidak puasan kerja itu disebut faktor higienis.
Jika faktor-faktor itu memadai, orang tidak terpuaskan. Untuk memotivasi orang
supaya bekerja, Herzbreg mengajurkan menekankan motivator, faktor intrinsik
yang meningkatkan kepuasan kerja. Walaupun sekarang ini kita mengatakan bahwa
teori itu terlalu sederhana, tatapi teori itu mempunyai pengaruh yang kuat pada
cara kita merancang pekerjaan sekarang ini.
Teori Kontemporer
Tentang Motivasi
Teori motivasi yang akan kita bahas
sekarang ini merupakan teori motivasi yang paling terbaru. Meski teori ini
tidak terkenal seperti beberapa teori awal, teori itu cenderung lebih kuat
didukung oleh hasil riset. Kita akan meninjau enam teori: teori tiga kebutuhan,
teori penentuan sasaran, teori penguatan, perancangan pekerjaan yang
memotivasi, teori kesetaraan, dan teori pengharapan.
Teori
Tiga Kebutuhan
David McClelland dan para pakar telah mengemukakan
teori tiga kebutuhan, bahwa ada tiga
kebutuhan yang menjadi motif utama dalam perkerjaan. Dimana ketiga kebutuhan
itu meliputi kebutuhan akan pencapaian prestasi (need for achievement, nAch),
yakni dorongan untuk unggul, untuk berprestasi menurut serangkaian standar,
untuk berusaha keras supaya berhasil. Kebutuhan akan kekuasaan (need for
power, nPow), kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara
yang sebenarnya tidak akan dilakukan jika tidak dipaksa. Kebutuhan akan
afiliasi (need for affiliation, nAff), keinginan akan hubungan antar
pribadi yang bersahabat dan erat. Dari ketiga kebutuhan itu, kebutuhan akan
pencapian prestasi paling banyak diteliti.
Hasil riset
menunjukan orang yang kebutuhan akan pencapian prestasinya tinggi akan berjuang
meraih prestasi pribadi daripada meraih fasilitas jabatan dan imbalan atas
kesuksesan. Orang tersebut memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu lebih
baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka lebih
menyukai pekerjaan yang menawarkan tanggung jawab pribadi guna mencari solusi
masalah, dimana mereka dapat menerima umpan balik yang cepat dan tidak ambigu.
Teori Penentuan Sasaran
Terdapat dukungan
kuat atas pendapat bahwa sasaran sasaran spesifik meningkatkan kinerja dan
bahwa sasaran yang sulit, bila diterima, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi
daripada sasaran yang gampang. Pendapatan itu dinamakan teori penentuan
sasaran.
Niat bekerja
mencapai sasaran merupakan sumber utama motivasi kerja. Studi-studi mengenai
penentuan sasaran telah menunjukan keunggulan sasaran spesifik dan
menantang sebagai kekuatan pemberi motivasi. Sasaran yang sulit dan spesifik
menghasilkan level output yang lebih tinggi daripada sasaran umum.
Spesifiknya sasaran itu sendiri bertindak sebagai pendorong internal. Misalnya,
ketika pengemudi angkutan umum berniat melakukan perjalanan 10 rit perhari
antara buah batu dan kelapa, niat itu memberinya sasaran spesifik yang harus
dicapai. Kita dapat mengatakan bahwa, jika segala sesuatunya sama, pengemudi
angkutan umum yang sasarannya sprsifik akan mengalahkan pesaingnya yang bekerja
tanpa sasaran atau sasarannya umum.
Teori Penguatan
Berlawanan dengan
teori penentuan sasaran, teori penguatan mengatakan bahwa perilaku adalah
fungsi dari akibat. Teori penentuan sasaran menyatakan bahwa masksud individu
mengarahkan perilakunya. Teori penguatan mengatakan bahwa perilaku itu
ditimbulkan dari luar. Apa yang mengendalikan perilaku adalah penguat (reinforcers),
akibat yang, bila diberikan dengan segera setelah perilaku tertentu dilakukan,
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang.
Kunci
teori penguatan ialah bahwa teori itu mengabaikan faktor-faktor seperti
sasaran, harapan, dan kebutuhan. Sebagai gantinya, teori itu hanya memusatkan
perhatian pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia mengambil tindakan
tertentu. Menurut B. F. Skinner, teori penguatan dapat dijelaskan sebagai
berikut: orang akan sangat cenderung melakukan perilaku yang dikehendaki jika
mereka mendapat imbalan untuk berbuat begitu; imbalan tersebut akan sangat
efektif jika segera giberikan menyusul perilaku yang diinginkan; dan perilaku
yang tidak diberi imbalan, atau yang dihukum, kurang cenderung diulang. Riset telah menunjukan bahwa
penguatan itu tentu saja merupakan pengaruh yang penting terhadap perilaku
kerja. Tetapi penguatan itu bukanlah satu-satunya penjelasan bagi perbedaan
motivasi karyawan. Sasaran juga mempengaruhi motivasi, demikian pula tingkatan
kebutuhan akan pencapaian prestasi. Perancangan pekerjaan, ketidakmerataan
imbalah, dan pengharapan.
Merancang
Pekerjaan yang Memotivasi
Jika kita melihat dengan seksama pada apa organisasi
itu dan bagaimana cara kerjanya, kita akan menemukan bahwa organiasasi itu
merupakan terdiri dari ribuan tugas, bahkan jutaan tugas. Tugas-tugas ini, pada
gilirannya dikelompokan menjadi sejumlah pekerjaan. Kita menggunakan istilah
perancangan kerja untuk merujuk kecara penggabungan sejumlah tugas mejadi
pekerjaan lengkap. Para perancang pekerjaan, harus merancang pekerjaan itu secara
sengaja dan penuh pertimbangan guna mencerminkan perubahan tuntutan teknologi,
keterampilan dan kemampuan, dan preferensi karyawan organisasi tersebut. Jika
pekerjaan dirancang dengan mempertimbangkan hal tesebut, maka para karyawan
termotivasi untuk mencapai kemampuan produktif penuh mereka. Cara yang
digunakan untuk merancang pekerjaan memotivasi diantaranya :
· Pemekaran pekerjaan (job enlargement)
Dimana perancang pekerjaan secara historis berkosentrasi pada
membuat pekerjaan itu menjadi lebih kecil dan lebih terspesialisasi. Namun,
jika pekerjaan tersebut sangat sempit fokusnya dan terspesialisasi, maka
tindakan yang perlu diambil adalah dengan pemekaran pekerjaan secara
horisontal.
· Pengayaan Pekerjaan (job enrichment)
Perluasan pekerjaan secara vertikal dengan menambhakan
tanggung jawab perencanaan dan pengevaluasian. Pengayaan pekerjaan meningkatkan
kedalaman pekerjaan yakni tingkat kedali para karyawan terhadap pekerjaan
mereka. Degan kata lain, karyawan diberdayakan supaya dapat mengemban sejumlah
tugas yang lazimnya dilakukan oleh atasan mereka. Dengan demikian, tugas dalam
pengayaan pekerjaan harus memungkinkan para karyawan melakukan kegiatan lengkap
dengan kebebasan, kemandirian, dan tanggug jawab yang lebih besar. Dan
tugas-tugas tersebut harus pula memberi umpan balik agar individu dapat menilai
dan membetulkan kinerja mereka sendiri.
Model
Karakteristik Pekerjaan (job caracteristics model, JCM),
pendekatakan perancangan pekerjaan ini menyajikan kerangka kerja konseptual
untuk menganalisis pekerjaan atau megarahkan para manajer merancang pekerjaan
yang memotivasi. JCM mengidentifikasi lima karakteristik utama pekerjaan,
kaitan-kaitannya, dan dampaknya pada produktivitas, motivasi dan kepuasan
karyawan.
Menurut
JCM, setiap pekerjaan dapat didefinisikan menurut lima definisi inti, sebagai
berikut:
·
Keragaman
keterampilan, sejauh mana keragaman kegiatan yang diperlukan oleh pekerjaan
tertentu agar karyawan dapat menggunakan berbagai bakat dan keterampilannya
yang berbeda-beda.
·
Identitas
tugas, sejauh mana pekerjaan menuntut penyelesaian keseluruhan pekerjaan dan
potongan kerja yang dapat diidentifikasi.
·
Signifikasi
tugas, sejauh mana pekerjaan bedampak besar bagi kehidupan atau pekerjaan orang
lain.
·
Otonomi,
sejauh mana pekerjaan memberi kebebasan, kemandirian, dan keleluasaan yang
besar kepada seseorang dalam menjadwal pekerjaan itu dan menentukan porsedur
yang digunakan untuk melaksanakannya.
·
Umpan
balik, sejauh mana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tertetu menyebabkan orang tersebut mendapatkan informasi yang lansung
dan jelas mengenai efektifitas kinerjanya.
Dari sudut pandang motivasi, JCM mengemukakan bahwa
imbalan intrinsik (internal) diperoleh ketika karyawan belajar bahwa dia secara
pribadi telah bekerja dengan baik dalam tugas yang dianggpanya penting.
Teori Kesetaraan (Equity Theory)
Teori
yang dikembangkan oleh J. Stacey Adams, mengatakan bahwa para karyawan melihat
(mempersepsikan) apa yang mereka peroleh dari situasi (hasil) pekerjaan untuk dikaitkan
dengan apa yang mereka masukkan ke pekerjaan itu (intput) dan kemudian
memperbandingkan rasio input-hasil mereka dengan input-hasil orang lain yang
relevan. Jika seorang karyawan manganggap rasio dirinya sama dengan rasio orang
lain yang relevan itu, timbullah keadaan setara. Karyawan tersebut merasa bahwa
disana ada keadilan. Namun, seandainya rasio itu tidak sama, timbullah ketidak
setaraan dan dia menganggap diri mereka kurang dihargai atau terlalu dihargai.
Teori
kesetaraan mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, maka para karyawan dapat:
·
Mengubah
input maupun hasil mereka sendiri atau orang lain
·
Berperilaku
sedemikian rupa guna mendorong orang lain guna mendorong orang lain merubah
input atau hasil mereka
·
Beperilaku
sedemikin rupa guna mengubah input atau hasil mereka sendiri
·
Memilih
orang yan berbeda sebagai pembanding; atau
·
Meninggalkan
pekerjaan mereka.
Aspek lain yang perlu kita teliti dalam teori
kesetaraan itu ialah siapakah ”orang lain” yang menjadi pembanding mereka itu?
Pembanding itu merupakan variabel penting dalam teori kesetaraan. Tiga kategori
pembanding telah didefinisikan; orang lain, sistemnya, dan diri sendiri.
Kategori ”orang lain” mencakup orang-orang lain yang pekerjaannya serupa di
organoisasi yang sama dan juga mencakup rekan, tetangga, atau teman seprofesi.
Berdasarkan apa yang mereka dengar di tempat kerja atau dengan cara lain, para
karyawan membandingkan gaji mereka dengan gaji orang lain. Kategori ”sistem”
mencakup kebijakan dan prosedur upah organisasi serta pelaksanaan sistem
tersebut. Kategori ”diri” merujuk ke rasio input-hasil yang khas bagi orang
tersebut. Rasio itu mencerminkan pengalaman pribadi dan hubungan masa lalu
serta dipengaruhi oleh kriteria seperti pekerjaan masa lalu. Pilihan
serangkaian pembanding tertentu berkaitan dengan informasi yang tersedia
mengenai pembanding tadi maupun relevansi yang mereka rasakan.
Betapapun berlakunya pemahaman motivasi karyawan,
hendaknya kita tidak menyimpulkan bahwa teori tersebut tanpa cacat. Teori
kesetaraan membiarkan sejumlah masalah penting tetap tidak jelas. Misalnya,
bagaimanakah cara karyawan mendefinisikan input dan hasil? Bagaimana cara
menggabungkan dan memberi bobot input dan hasil untuk memperoleh jumlah akhir?
Apa dan bagaimana faktor-faktor itu berubah dari waktu ke waktu? Dan bagaimana
cara orang memilih orang lain sebagai pembanding? Kendati ada masalah-masalah
itu, teori kesetaraan benar-benar mempunyai banyak dukungan serta memberi kita
wawasan penting mengenai motivasi karyawan.
Teori
Pengharapan (Expectancy
Theory)
Teori pengharapan dari Victor Vrom mengatakan bahwa
seorang individu cenderung bertindak dengan cara tertentu berdasarkan
pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuri oleh hasil tertentu dan
berdasarkan daya tarik hasil tersebut bagi orang itu. Tiga variabel atau
hubugan teori pengharapan:
1.
Pengharapan atau kaitan usaha-kinerja adalah
kemungkinan yang dirasakan oleh orang tersebut bahwa melakuan sejumlah usaha
tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja tertentu.
2.
Instrumentalitas atau kaitan kinerja-imbalan yakni
tingkat sejauh mana orang tersebut percaya bahwa bekerja pada tingkat tertentu
itu menjadi sarana untuk tercapainya hasil yang diinginkan.
3.
Valensi atau daya tarik imbalan yakni bobot
yang ditempatkan oleh orang tesebut ke potensi hasil atau imbalan yang dapat
dicapai di tempat kerja. Valensi mempertibangkan sasaran dan juga kebutuhan
orang tersebut.
Ciri-ciri
teori dan cara kerja teori pengharapan.
Pertama, apa hasil yang dipersepsikan dari pekerjaan yang
ditawarkan kepada karyawan? Hasil itu dapat positif hal-hal seperti gaji, rasa
aman, persahabatan, kepercayaan tunjangan tambahan, kesempatan untuk bakat atau
keterampilan, atau hubungan yang akrab. Atau mungkin karyawan melihat hasil
tadi sebagai negatif kelelahan, kebosanan, frustasi, kecemasan, pengawasan yang
keras, atau ancaman dipecat. Dan ingatlah bahwa masalah tersebut tidak relevan
di sini. Masalah yang sangat menentukan adalah apa persepsi orang
tersebut tentang hasil, tanpa menghiraukan apakah persepsi itu tepat atau tidak.
Kedua, seberapa menarik hasil atau imbalan itu bagi para
karyawan? Apakah mereka menilainya positif, negatif, atau netral? Itu merupakan
masalah internal dan pribadi yang tergantung pada kebutuhan, sikap, dan
kepribadian individu. Seseorang yang menerima imbalan itu menarikarinya,
menilainya positif cenderung ingin mengerjakan. Orang lain mungkin menilainya
negatif oleh karena itu lebih suka untuk tidak mendapatkannya. Lain lagi
keadaanya kalau orang tersebut bersikap netral.
Ketiga, jenis perilaku manakah yang harus diperagakan
karyawan tersebut guna mendapatkan imbalan itu? Imbalan itu cenderung tidak
mempunyai dampak apa pun terhadap kinerja masing-masing karyawan jika ia tidak
mengetahui, dengan jelas dan tanpa ambigu, apa yang harus dilakukan untuk
mendapatkannya. Misalnya apa arti ”berkerja dengan baik” menurut penilaian
kinerja? Kriteria apakah yang akan digunakan untuk menilai kinerja karyawan
tersebut?
Kunci dari teori pengharapan adalah memahami sasaran seseorang dan memahami
kaitan antara usaha dan kinerja, antara kinerja dan imbalan, dan, akhirnya,
antara imbalan dan kepuasan kerja orang tersebut. Teori tersebut menekankan
pada hasil atau imbalan. Akibatnya, kita harus berkeyakinan bahwa imbalan yang
ditawarkan oleh organisasi cocok dengan keinginan individu tersebut. Teori
pengharapan menyatakan bahwa tidak ada prinsip universal yang mampu
menjelaskan apa yang memotivasi individu dan, karena itu, menekankan
bahwa para manajer harus memahami mengapa para karyawan melihat hasil tertentu
sebagai menarik atau tidak menarik.
B. Rancangan Pekerjaan
Suatu penyebab utama kinerja pekerjaan yang efektif
adalah perancangan pekerjaan. Secara teknis, perancangan pekerjaan merujuk
kepada proses di manajemen menetapkan tugas dan otoritas karyawan. Perancangan pekerjaan dan perancangan ulang
pekerjaan itu berbeda. Dalam perancangan ulang pekerjaan, manajemen
telah memutuskan bahwa cukup berharga untuk
mempertimbangkan ulang apa yang diharapkan dari seorang individu dalam
pekerjaan. Tren kontemporer dalam organisasi adalah merancang ulang pekerjaan yang
membutuhkan kerja sama dalam kelompok. Sedangkan perancangan pekerjaan (Job
Design) merujuk pada tahap pertama saat manajemen menciptakan suatu pekerjaan
dengan merinci tugas dan tanggung jawabnya. Kita harus memahami perancangan
pekerjaan sebagai proses dinamis yangterus menerus. Oleh karena itu, kita akan
menggunakan istilah perancangan pekerjaan untuk merujuk pada setiap dan semua
usaha manejemen untuk menciptakan pekerjaan, baik ditahap awal maupun tahap
selanjutnya.
perancangan
pekerjaan dan kualitas kehidupan kerja, digunakan secara luas untuk merujuk
pada suatu filosofi manajemen yang meningkatkan harga diri semua pekerja:
memperkenalkan perubahan dalam budaya organisasi, dan memperbaiki keadaan fisik
dan emosional dari karyawan
hubungan
perancangan pekerjaan yaitu :
1.
Mengidentifikasi kebutuhan karyawan dan organisasi
yang paling penting.
2.
Menyingkirkan penghalang di
tempat kerja yang membuat kebutuhan tersebutmenemui jalan buntu.
Model Konseptual
dari Perancangan Pekerjaan
Perbedaan
Lingkungan Sosial
|
Konteks Pekerjaan
|
Konten Pekerjaan
|
Kinerja Pekerjaan
|
Persyaratan
Pekerjaan
|
Perbedaan
Individual
|
Konten Pekerjaan Yang
Dipersepsikan
|
Perancangan
Pekerjaan
|
Analisis Jabatan
|
Model diatas
mengenali bahwa individu bereaksi secara berbeda terhadap pekerjaan. Sementara
seseorang mungkin memperoleh kepuasan positif dari suatupekerjaan, orang lain
mungkin tidak.Kami akan menyajikan penyebab atau efek samping dari perancangan
pekerjaan,dimulai dengan hasil akhir dari perancangan pekerjaan, yakni kinerja
pekerjaan.
Hasil
kinerja perusahaan
Kinerja
pekerjaan berhubungan dengan sejumlah hasil:
·
Hasil Tujuan
Kuantitas
dan kualitas output absensi, keterlambatan, dan pergantian karyawan merupakan hasil objektif yang dapat diukur
secara kuantitatif. Untuk setiap pekerjaan, standar implisit atau ekplisit
muncul untuk setiap hasil objektif.
·
Hasil Perilaku Pribadi
Pemegang pekerjaan bereaksi terhadap
pekerjaan itu sendiri. Dia bereaksi baikdengan hadir secara teratur atau absen,
dengan tetap melaksanakan pekerjaan.
If you'd like an alternative to casually approaching girls and trying to find out the right thing to say...
ReplyDeleteIf you'd prefer to have women chase YOU, instead of spending your nights prowling around in crowded pubs and night clubs...
Then I encourage you to watch this eye-opening video to learn a strange little secret that has the potential to get you your personal harem of beautiful women:
FACEBOOK SEDUCTION SYSTEM!!!