Bantu Kami Share Info Menarik dan Dapatkan Rp350.00 per Kunjungannya Menarik Mudah dan Asik Kunjungi 8Share.co.id

MAKALAH BISNIS INTERNASIONAL “SISTEM MONETER INTERNASIONAL”

Monday, 17 October 2016


“SISTEM MONETER INTERNASIONAL”



Silahkan download untuk makalahnya


Silahkan download untuk Power Point presentasinya



MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL


“SISTEM MONETER INTERNASIONAL”







Di susun oleh :
Kelompok 7
FENI L.SIJABAT   
   ASEP RUDI R.      
    SAIFUL BAHRI    
   IRVAN ZAINAL  




UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
FAKULTAS BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI
TAHUN AJARAN 2016/2017









BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional, fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean
Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara  dan masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota Negara-negara asean untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan asean. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat tema sistem moneter internasional.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian sistem moneter interasional ?
2.      Kilas sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional ?
3.      Bagaimanakah sistem penetapan kurs mata uang ?
4.      Bagaimana cara melakukan transaksi internasional ?
5.      Apakah fenomena aktual ekonomi moneter internasional saat ini ?
6.      Apakah Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean ?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui pengerian sistem moneter internasional
2.      Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional
3.      Untuk mengetahui sistem penetapan kurs
4.      Untuk mengetahui cara melakukan transaksi internasional
5.      Untuk mengetahui fenomena aktual ekonomi moneter internasional
6.      Untuk mengetahui Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di           Asean.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Moneter Internasional
      Dalam ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang  memungkinkan suatu negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah mengalami begitu banyak perkembangan dan transpormasi dari masa ke masa. Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik serta internasional pada masing-masing masa.
Jika dalam skala domestik atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbang antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui kontrol devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang terpenting dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran internasional.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Sistem Moneter Internasional
2.2.1 Sistem Standar  Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia pertama.
Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga integritas menjag mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan uang baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu.
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.
2.2.2 Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara mencoba untuk  mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang dunia II.
2.2.3 Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan  perjanjian Bretton Woods. Melalui  perjanjian ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan bersedia menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.
2.2.4 Post Bretton Woods
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II, dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang sangat kuat di dalam mengambil keputusan. Setiap anggota memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar 25% dengan emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan hak suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang harus di tukar dengan mata uang negara  peminjam.

2.2.5  Dana Moneter Internasional
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton Woods. Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara yang sudah ditentukan.
Menurut kesepakatan awal, kurs dibolehkan berfariasi sampai satu persen di bawah  atau di atas par. Bila kurs satu negara mencapai atau mendekati salah satu batas, maka di sebut “titik pendukung arbitrase”, bank sentralnya mengintervestasi pasar untuk mencegah kurs melewati batas itu. Intervestasi pasar mensyaratkan suatu negara untuk mengakumulasi cadangan devisannya, yang terdiri dari emas dan uang asing, diatas kebutuhan perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana Moneter Internasional IMF, didirikan di Bretton Woods untuk mengawasi sistem moneter yang baru disepakati. Ada beberapa hal yang telah di capai dana moneter internasional Misalnya, lembaga itu sebagai berikut :
1. Berhasil mempertahankan peningkatan yang cepat dari volume perdagangan dan investasi.
2. Menunjukan flexibilitas dalam mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional.
3. Semakin efisien (bahkan terjadi penurunan persentase cadangan devisa).
4. Semakin tangguh (lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971, mengatasi kegiatan spekulatif dan bertahan dalam siklus bisnis yang bergejolak).
5. Mendukung tumbuhnya kerja sama internasional.
6. Membangun kapasitas untuk mengakomondasi reformasi dan perbaikan.
2.2.6 Sistem semenjak 1973
          Semenjak  1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di  mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan  dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.

2.3 Sistem Penetapan Kurs
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok:
2.3.1 Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut sebagai clean float.
  
2.3.2 Float yang dikelola(Managed Float)
Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi:
a)      Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.
b)      Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c)      Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.

2.3.3 Perjanjian zona target tertentu
Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.


2.3.4 Dikaitkan dengan mata uang lain
Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara tetangga.
2.3.5 Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain
Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya. Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap portofolio yang mereka buat sendiri.
2.3.6 Dikaitkan dengan indikator tertentu
Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu, seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang mereka yang penting.
2.3.7 Sistem kurs tetap
Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi. Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi adalah :
1.      pinjaman asing
2.      pengetatan
3.      pengendalian harga dan upah
4.      pembatasan aliran modal keluar

2.4 Cara Melakukan Transaksi Internasional
Adapun cara untuk melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat perdagangan dan peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:
1. Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum kenal baik dengan importir.
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta dokumen-dokumen.
3. Commercial Bill of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
4. Letter of Credit
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir). Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary atau penjual (eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
5. Private Compensation
Adalah penyelesaian pembayaran dengan kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.

2.5 Kelemahan Sistem Moneter Internasional

          Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.
Memperbaiki nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia, telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin menunjukkan kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan 1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat; rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas pemimpin sepertinya.
          Dalam periode nilai tukar tetap sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya. Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
          IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak satupun dari negara-negara tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula, dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit. Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat menghancurkan.
          Sistem moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak) atau terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem moneternya sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit. Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada n-1 nilai tukar yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas (degree of freedom), yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah kelebihan . Aturan dimana tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas, pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai tukar mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar biasa. Dalam prakteknya, bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS. Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali memenuhi banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba berangkat dari sini.
Negara yang Mengalami Kepailitan
.
          Pada tahun 1970-an adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman kepada negara berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak akan mengalami kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang pemerintah negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara berkembang ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun tidak terbayar. Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981, sedangkan di Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab bertambahnya utang negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun 1973 – 1974 harga minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980 dinaikkan lagi 2 kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya inflasi yang kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara itu, komoditi ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang perekonomian dan kemampuan untuk membayar utang.
          Tahun 1979 – 1980 harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga pinjaman baru maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga variabel. Negara berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun untuk setiap kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan naiknya nilai mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang dalam bentuk AS$ sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban. Beban tersebut menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima dalam berbagai mata uang lain yang digunakan untuk membayar uatang dalam AS$.

2.6. Pemecahan Masalah Utang
          IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusahan keras mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan jangka panjang.

Pemecahan Jangka Pendek
          Cara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan penjadwalan ulang pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat mengembalikan utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi yang cukup alot.
          Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat melaksanakan program-program kegiatannya secara fleksibel karena adanya tekanan dari IMF. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tertahan karena dana baru dari hasil ekspornya atau pinjaman yang digunakan untuk membayar utangnya, bukan melanjutkan programnya atau kegiatan produktif lainnya.
          Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan ekspornya agar diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus tersebut sebagian digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi untuk biaya impor dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negara berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang memerlukan banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika memperoleh pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang biasanya terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat mendorong menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekpor. Kemudian, meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan keterpaduan kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi negara berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi, budaya dan perilaku. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador, Yunani, dan Mesir.
           Equador mengalami kegagalan membayar utangnya sejak tahun 1800 dan untuk memulihkan perekonomiannya diperlukan waktu 113 tahun. Yunani mengalami kegagalan membayar utangnya selama 87 tahun. Dua abad yang lalu negara-negara terkenal seperti Belanda, Austria, Jepang dan Cina juga pernah mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya membayar utang luar negeri. Mesir yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun 1976, telah membelanjakan lebih banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan semacamnya daripada untuk pekerjaan umum. Paris Club, kelompok pemberipinjaman negara Barat, memberikan ampunan berupa penghapusan separoh utang Polandia atau senilai AS$ 17,5 milliar. Sedangkan Amerika Serikat memberikan ampunan berupa penghapusan utang Mesir sebagai imbalan atas bantuan Mesir kepada Amerika Serikat pada saat perang melawan Irak. Pemberian bantuan ini didasarkan pada nilai kemanusiaan dan mendorong terciptanya reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan kegiatan ekonomi yang sudah rapuh.

Pemecahan Jangka Panjang
Beberapa saran untuk memecahkan masalah utang jangka panjang adalah sebagai berikut:
1. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.
2. Negara penerima pinjaman hendaknya membangun dana cadangan yang cukup untuk jangka pendek maupun jangka panjang sehingga mampu menjaga fluktuasi harga komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan
3. Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka pasarnya untuk barang ekspor dari negara berkembang melalui persaingan yang sehat.
4. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan kepada negara peminjam.
5. IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman hendaknya memberi pinjaman dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk jangka panjang.
6. Sebagian utang negara berkembang hendaknya diubah bentuknya menjadi bentuk equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa memiliki atas proyek-proyek yang dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya diperpanjang jatuh temponya dengan penerapan bunga ceiling.
7. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
8. Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya krisis utang







































BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
          System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,praktisi, regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran internasional.
1.      Sistem Standar Emas 1870 – 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling dengan emas.
2.      Zaman Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu Free Float (Mengambang Bebas) Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona Target Tertentu Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Cara Melakukan Transaksi Internasional Cash,Open Account, Commercial Bill of Exchange, Letter of Credit, private compensation.
























DAFTAR PUSTAKA :
Jain, Subhash C.,Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Erlangga, 1996.
Boediono, Ekonomi Internasional, BPFF, Yogyakarta,2000
http://didikurniawan.web.id di akses tgl 5 oktober 2010


No comments:

Post a Comment