“SISTEM MONETER INTERNASIONAL”
Silahkan download untuk makalahnya
Silahkan download untuk Power Point presentasinya
MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL
“SISTEM MONETER
INTERNASIONAL”
Di susun oleh :
Kelompok 7
FENI L.SIJABAT
ASEP RUDI R.
SAIFUL BAHRI
IRVAN ZAINAL
UNIVERSITAS
TEKNOLOGI YOGYAKARTA
FAKULTAS BISNIS
DAN TEKNOLOGI INFORMASI
TAHUN AJARAN
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem moneter
internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di
dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara
dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan
bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter
internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan
internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan
sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas
terkait dengan pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya
system moneter internasional, fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor
penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean
Semenjak dimulainya
sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem moneter internasional telah
mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke sistem yang lain diakibatkan
oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini pun sistem moneter
internasional masih menjadi perhatian semua negara dan masih ingin
merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi rencana anggota
Negara-negara asean untuk merumuskan kebijakan pemberlakuan mata uang bersama
yang hanya berlaku tunggal di kawasan asean. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk mengangkat tema sistem moneter internasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian sistem moneter interasional ?
2. Kilas
sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional ?
3. Bagaimanakah
sistem penetapan kurs mata uang ?
4. Bagaimana
cara melakukan transaksi internasional ?
5. Apakah
fenomena aktual ekonomi moneter internasional saat ini ?
6. Apakah
Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk
mengetahui pengerian sistem moneter internasional
2. Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan sistem moneter internasional
3. Untuk
mengetahui sistem penetapan kurs
4. Untuk
mengetahui cara melakukan transaksi internasional
5. Untuk
mengetahui fenomena aktual ekonomi moneter internasional
6. Untuk
mengetahui Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di Asean.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Moneter
Internasional
Dalam
ekonomi internasional dikenal suatu sistem yang memungkinkan suatu
negara dapat saling berhubungan satu dangan yang lain. Sistem tersebut disebut
sebagai sistem moneter internasional. Sistem moneter internasional menunjukkan
seperangkat kebijakan, institusi, praktik, peraturan dan mekanisme yang
menentukan tingkat dimana suatu mata uang diitukarkan dengan mata uang
lain.(Shapiro, 1992). Sistem keuangan internasional dari sejarahnya telah
mengalami begitu banyak perkembangan dan transpormasi dari masa ke masa.
Perkembangan ini disebabkan oleh adanya perubahan ekonomi dan politik domestik
serta internasional pada masing-masing masa.
Jika dalam skala domestik
atau nasional problema ketidakseimbangan pembayaran antar daerah dapat
disesuaikan melaui pergerakan modal ataupun kebijakan fiskal dan moneter, dalam
skala internasional akan sedikit lebih rumit. Pembayaran yang tidak seimbang
antar negara dapat diselesaikan melalui financing, perubahan
kebijakan domestik untuk menggeser pola perdagangan dan investasi, melalui
kontrol devisa untuk melakukan penjatahan pasokan devisa, atau dengan cara membiarkan
nilai tukar mata uang berubah sesuai situasi dan kondisi. Sehingga yang
terpenting dalam sistem moneter internasional adalah tersedianya alat atau cara
untuk menyesuaikan ketidakseimbangan pembayaran internasional.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Sistem
Moneter Internasional
2.2.1
Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas
internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah Inggris menetapkan
nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di Inggris
serta perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan
dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya tambang emas
di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar
emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970
hingga perang dunia pertama.
Perdagangan yang semakin
meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih formal menjadi semakin
terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan
emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas
yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga
menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa
ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka
panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi
dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda
dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai mata uang ditentukan
berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga integritas menjag
mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah
kadang tergoda menerbitan uang baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut
adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan
pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar ,
karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut
kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia memakai emas sebagai
standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam
situasi semacam itu.
Dengan adanya Perang
Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-negara di Eropa
dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter Internasional
menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap
pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin
lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan
kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan
pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.
2.2.2
Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri
standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia secara umum ditandai
oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi
kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang
kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha
dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991
pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi,
ketika negara-negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka
(kebijakan mengemis tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar
juga meluas, dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang hampir
setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu
negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang dunia II.
2.2.3
Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai
dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini,
semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak
diharuskan memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas. Negara anggota
diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan bersedia menjaga
kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata
uangnya.
Tekanan spekulasi
menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan
dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar
tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang
ditentukan oleh kekuatan pasar.
2.2.4
Post Bretton Woods
Pada tanggal 22 Juli 1944
diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang dikenal dengan The
Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut
bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah
konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem
tersebut. .
Selama periode 1944-1973
dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran
Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II, dusebabkan
saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan
uang /dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah
Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi
tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di
Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan
semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan
mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan
dengan emas.
DMI beranggotakan 134
negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang sangat kuat di dalam
mengambil keputusan. Setiap anggota memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar
25% dengan emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan
hak suaranya serta jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama
DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara
anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang harus di
tukar dengan mata uang negara peminjam.
2.2.5 Dana Moneter Internasional
Dana Moneter Internasional atau
International Monetary Fund (IMF) adalah organisasi internasional yang
bertanggungjawab dalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan
pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan
neraca keuangan masing-masing negara. Salah satu misinya adalah membantu
negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai
imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu,
misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Setelah melalui pertimbangan
panjang dan hati-hati, sebuah system moneter disepakati di Bretton Woods.
Negara-negara anggota sepakat untuk mengontrol batas kurs mereka dengan cara
yang sudah ditentukan.
Menurut
kesepakatan awal, kurs dibolehkan berfariasi sampai satu persen di bawah atau di atas par. Bila kurs satu negara
mencapai atau mendekati salah satu batas, maka di sebut “titik pendukung
arbitrase”, bank sentralnya mengintervestasi pasar untuk mencegah kurs melewati
batas itu. Intervestasi pasar mensyaratkan suatu negara untuk mengakumulasi
cadangan devisannya, yang terdiri dari emas dan uang asing, diatas kebutuhan
perdagangan normal. Sebuah lembaga bernama Dana Moneter Internasional IMF, didirikan
di Bretton Woods untuk mengawasi sistem moneter yang baru disepakati. Ada
beberapa hal yang telah di capai dana moneter internasional Misalnya, lembaga
itu sebagai berikut :
1. Berhasil
mempertahankan peningkatan yang cepat dari volume perdagangan dan investasi.
2. Menunjukan
flexibilitas dalam mengadaptasi perubahan-perubahan dalam perdagangan
internasional.
3. Semakin
efisien (bahkan terjadi penurunan persentase cadangan devisa).
4. Semakin
tangguh (lembaga itu berhasil melewati masa krisis awal pada tahun 1971,
mengatasi kegiatan spekulatif dan bertahan dalam siklus bisnis yang
bergejolak).
5. Mendukung
tumbuhnya kerja sama internasional.
6. Membangun
kapasitas untuk mengakomondasi reformasi dan perbaikan.
2.2.6
Sistem semenjak 1973
Semenjak 1973 sistem
moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs
berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss
berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran. Sering juga penguasa
moneter negara-negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing
untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara
mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik.
Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila
surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar
untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau
dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di mana bank Sentral sama
sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan
Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar Amerika Serikat.
Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang. Namun demikian
Dolar masih memegang peranan penting dalam lalu lintas pembayaran
internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta
asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana Moneter
Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang
Dolar.
2.3 Sistem Penetapan Kurs
Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan
menjadi beberapa kelompok:
2.3.1
Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini,
kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung kekuatan pasar. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan ekonomi, inflasi akan
digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara yang
bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap
variable tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas
juga disebut sebagai clean float.
2.3.2
Float yang dikelola(Managed Float)
Sistem mengambang bebas
mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Sistem float yang
dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan melalui
campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian
akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan yang telah
ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi:
a) Menstabilkan
fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga
stabilasisasi kurs agar perubahan atau pergerakan kurs tetap teratur.
b) Menunda
kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang
cukup tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c) Kurs
tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral
melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.
2.3.3
Perjanjian zona target tertentu
Melalui perjanjian ini,
beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam
wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas bawah, Bank
Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.
2.3.4
Dikaitkan dengan mata uang lain
Sekitar 62 negara dari
162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang
lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara
tetangga.
2.3.5
Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain
Sekitar 21 negara
mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya. Basket, kelompok,
atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang partner
dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.
2.3.6
Dikaitkan dengan indikator tertentu
Dua negara, Chili dan
Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu, seperti kurs
riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang mereka
yang penting.
2.3.7
Sistem kurs tetap
Di bawah sistem kurs
tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi. Kemudian Bank
Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga kurs yang
telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan
sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara tersebut, devaluasi
atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi adalah :
1. pinjaman
asing
2. pengetatan
3. pengendalian
harga dan upah
4. pembatasan
aliran modal keluar
2.4 Cara Melakukan Transaksi
Internasional
Adapun cara untuk
melakukan pembayaran internasional yang timbul akibat perdagangan dan
peminjaman internasional antara lain sebagai berikut:
1. Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan
check/cheque atau bank draft, pada saat barang dikirim oleh eksportir atau sebelumnya.
Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan keuangannya lemah dan belum
kenal baik dengan importir.
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu
pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu atau kebijaksanaan importir setelah
barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah pembayaran serta
dokumen-dokumen.
3.
Commercial Bill of Exchange
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan
sering disebut draft atau trade bills, yaitu surat yang ditulis oleh penjual
yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft
terdiri dari; clean draft dan documentary draft.
4.
Letter of Credit
L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh
bank atas permintaan pembeli barang (importir) dimana bank tersebut yang
menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang (eksportir).
Dengan demikian L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat
menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener
(importir), Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary atau penjual
(eksportir), dan dalam prakteknya ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank,
yaitu bank di negara eksportir.
5.
Private Compensation
Adalah penyelesaian pembayaran dengan
kompensasi utang piutang tanpa perpindahan mata uang ke negara lain.
2.5 Kelemahan Sistem Moneter Internasional
Ketika sistem moneter internasional dikaitkan dengan emas, yang pada akhirnya menyebabkan saling ketergantungan di antara sistem mata uang sehingga menjadi jangkar bagi nilai tukar yang tetap (fixed exchange rate) dan menstabilkan inflasi. Ketika sistem Gold Standard hancur, fungsi yang bernilai ini tidak bertahan lama dan dunia terjebak dalam rezim inflasi yang terus menerus. Sistem moneter internasional saat ini tidak mengatur interdepensi (saling mengait) antara berbagai mata uang dan juga tidak menstabilkan harga. Alih-alih mengandalkan keseimbangan yang dihasilkan secara otomatis, AS terpaksa harus "menampar" mitra dagangnya yang mengancam layaknya musuh. Setelah revolusi di Eropa Timur dan hancurnya komunisme, kita tiba-tiba memiliki 10 negara baru yang masuk dalam sistem moneter internasional, (pecahan Uni Soviet) seluruhnya dengan mata uang yang baru atau kebutuhan baru terhadap kebijakan mata uangnya. Sistem moneter seperti apa yang seharusnya Michel Camdessus (Managing Director IMF saat itu) rekomendasikan kepada negeri-negeri baru itu? Jawabannya akan menjadi nyata sebelum tahun 1971 : masing-masing negara itu mesti menstabilkan mata uangnya terhadap Dollar AS atau terhadap salah satu mata uang yang stabil yang berhadapan dengan Dollar AS yang dikaitkan dengan emas.
Memperbaiki
nilai tukar terhadap blok Dollar yang meliputi hampir seluruh ekonomi dunia,
telah memberi negara-negara transisi baru yang relatif memiliki tingkat harga
yang stabil di antara negara-negara barat. Sekarang saya ingin menunjukkan
kontribusi amat penting oleh IMF di antara awal pendiriannya tahun 1946 dan
1971. Pada awal pendiriannyaIMF memberi negara-negara sebuah filosofi manajemen
makro ekonomik yang logis berdasarkan nilai tukar tetap atau terkendali (fixed
exchange rate). Kesepakatan yang luar biasa ini sekarang diserahkan kepada para
pemimpin moneter domestik. Untuk meyakinkan, sebuah negara dapat memperbaiki
mata uangnya terhadap salah satu mata uang utama seperti Dollar AS. Pada
praktiknya, kebijakan seperti itu memerlukan aksi dari kepemimpinan yang kuat;
rencana stabilisasi (inflasi) melibatkan nilai tukar tetap yang diterapkan di
Argentina oleh Domingo Cavallo yang menggambarkan betapa jarang kualitas
pemimpin sepertinya.
Dalam periode nilai tukar tetap
sebelum 1971, kepemimpinan yang kuat tidak diperlukan sebab ada sebuah sistem dimana mayoritas negara
mematuhinya dan IMF memiliki seperangkat aspek teknis untuk menerapkannya.
Namun setelah tahun 1971 IMF kehilangan sentuhan tersebut ketika beralih dari
nilai tukar tetap (terhadap emas) sebelum 1971 menjadi nilai tukar mengambang
setelah 1971 dan khususnya setelah 1973, tahun dimana sistem moneter
internasional membatalkan nilai tukar tetap beralih ke nilai tukar mengambang.
IMF kemudian bergeser tugasnya sebagai pusat sistem moneter
internasional menjadi peran baru sebagai konsultan makroekonomi khusus dan
pengawas utang (bahkan broker utang-pent), fungsi yang sebenarnya bisa
diperankan dengan baik oleh konsultan swasta. Ketika tantangan dari
negara-negara transisi muncul, IMF tidak memiliki sistem yang saling mengait
untuk stabilitas moneter untuk menawarkan sistem yang baik dan hampir tanpa
pengeculian seringkali konsep yang ditawarkan serampangan. Kegagalan negara
transisi dibuktikan dengan fakta bahwa tidak satupun dari negara-negara
tersebut di akhir 1996, mampu melampaui tingkat pendapatan sejak masa transisi bermula,
dan hanya dengan satu atau dua pengecualian, inflasi kembali mencapai 2 digit.
Perbaikan sejak akhir perang dingin sejauh ini lebih memburuk dibanding
perbaikan di akhir sebagian besar perang dunia (I dan II) yang amat
menghancurkan.
Sistem
moneter internasional yang absolut di dunia saat ini tidaklah ada. Setiap
negara memiliki sistemnya sendiri. Kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana
tidak biasanya (unusual) sistem ini. Selama ribuan tahun negara-negara telah
mematok mata uang mereka terhadap salah satu logam mulia (emas atau perak) atau
terhadap mata uang lain. Tetapi dalam seperempat abad terakhir sejak sistem
moneter internasional (bretton woods) hancur, negara-negara mengadopsi sistem
moneternya sendiri, fen omena yang tidak memiliki contoh sejarah dalam
kerjasama antar negara yang dikenal sebagai sistem moneter internasional. Para
ekonom mengetahui bahwa ketergantungan diantara sistem moneter internasional
didukung oleh fakta bahwa keseimbangan neraca pembayaran (suatu negara) saling
berhubungan satu sama lain. Apabila satu negara memiliki neraca perdagangan
yang surplus maka negara-negara lain memiliki neraca perdagangan yang defisit.
Jadi suatu negara bergerak menuju surplus atau defisit yang secara otomatis
berpengaruh terhadap negara lain. Ini memiliki pengaruh di dalam sistem nilai
tukar mata uang. Di dalam sebuah dunia dari n negara dengan n mata uang, ada
n-1 nilai tukar
yang independen. Setiap negara tidak dapat menetapkan nilai tukarnya. Akan ada
banyak nilai tukar tetap di antara negara-negara. Ada satu derajat bebas
(degree of freedom), yang membiarkan kenaikan terhadap apa yang para ekonom
menyebutnya dengan (redundancy problem) masalah kelebihan . Aturan dimana
tambahan derajat kebebasan untuk memelihara kestabilan harga, atau dalam kasus
standar emas (gold standard) adalah memelihara atau menstabilkan harga emas.
Di atas kertas,
pengumpulan data hampir 200 negara dengan mata uang tunggal dan nilai tukar
mengambang akan menunjukkan hasil berupa kebingungan yang luar biasa. Dalam prakteknya,
bagaimanapun juga, sistem ini tidaklah begitu buruk. Ada hubungan yang penting
dalam struktur finansial dunia berkenaan dengan konfigurasi kekuatan dalam
ekonomi dunia dan aturan khusus yang dijalankan oleh mata uang negara AS.
Ketika suatu negara memiliki supereconomy, mata uangnya seringkali memenuhi
banyak fungsi dari sebuah mata uang internasional, sebuah judul yang kita coba
berangkat dari sini.
Negara yang Mengalami Kepailitan.
Negara yang Mengalami Kepailitan.
Pada tahun 1970-an
adalah waktu yang baik bagi bank untuk memberikan pinjaman kepada negara
berkembang. Kondisi saat itu menggambarkan seakan negara tidak akan mengalami
kepailitan. Kenyataan memperlihatkan “ sovereign debt ” (utang pemerintah
negara berdaulat) menghantam bisnis internasional. Beberapa negara berkembang
ternyata tidak mampu mengembalikan utangnya bahkan bunganya pun tidak terbayar.
Krisis “ sovereign debt ” terjadi di Polandia pada tahun 1981, sedangkan di
Meksiko, Brazilia dan Argentina terjadi tahun 1982. Penyebab bertambahnya utang
negara berkembang yaitu melonjaknya harga minyak. Pada tahun 1973 – 1974 harga
minyak mengalami kenaikan 4 kali lipat dan tahun 1979 – 1980 dinaikkan lagi 2
kali lipat. Kenaikan harga minyak ini mendorong meningkatnya inflasi yang
kemudian ditambah lagi dengan terjadinya resesi dunia. Sementara itu, komoditi
ekspor non migas negara berkembang menurun, sehingga menggoncang perekonomian
dan kemampuan untuk membayar utang.
Tahun 1979 – 1980
harga minyak mulai naik lagi. Akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti
dengan kenaikan suku bunga yang berpengaruh pada suku bunga pinjaman baru
maupun sisa pinjaman yang pada umumnya digunakan suku bunga variabel. Negara
berkembang menanggung biaya bunga sebesar AS$ 2,5 milliar/tahun untuk setiap
kenaikan 1 persen suku bunga pinjaman AS$. Hal ini mengakibatkan naiknya nilai
mata uang AS$. Negara berkembang pada umumnya meminjam uang dalam bentuk AS$
sehingga setiap kenaikan nilai mata uang AS$ menambah beban. Beban tersebut
menjadi lebih berat karena pembayaran komoditi ekspor diterima dalam berbagai
mata uang lain yang digunakan untuk membayar uatang dalam AS$.
2.6. Pemecahan Masalah Utang
IMF, BIS, bank-bank sentral nasional dan bank-bank komersial berusahan
keras mengatasi masalah utang ini melalui berbagai cara, jangka pendek dan jangka
panjang.
Pemecahan Jangka Pendek
Cara mengatasi masalah utang jangka pendek yaitu dengan melakukan
penjadwalan ulang pembayaran utang agar negara penerima pinjaman dapat
mengembalikan utangnya pada saat jatuh tempo, walaupun diperlukan negosiasi
yang cukup alot.
Negara berkembang penerima pinjaman tidak dapat melaksanakan
program-program kegiatannya secara fleksibel karena adanya tekanan dari IMF.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tertahan karena dana baru dari hasil
ekspornya atau pinjaman yang digunakan untuk membayar utangnya, bukan
melanjutkan programnya atau kegiatan produktif lainnya.
Negara berkembang dapat mengurangi utangnya dengan meningkatkan
ekspornya agar diperoleh surplus neraca pembayaran. Namun hasil surplus
tersebut sebagian digunakan untuk membayar utangnya, kemudian sebagian lagi
untuk biaya impor dalam upaya peningkatan ekspor. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi negara berkembang sangat lamban dan bahkan terhenti. Negara berkembang
memerlukan banyak dana untuk menggerakkan roda perekonomiannya, tapi jika
memperoleh pinjaman juga akan memperberat beban utangnya. Negosiasi ulang utang
biasanya terlebih dahulu diikuti dengan tindakan pengetatan agar dapat
mendorong menurunnya standar kehidupan, pertumbuhan ekonomi dan ekpor. Kemudian,
meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan penyesuaian dan keterpaduan
kebijaksanaan jangka pendek, karena permasalahan yang dihadapi negara
berkembang tidak hanya masalah utang tetapi juga masalah ekonomi, budaya dan
perilaku. Beberapa contoh kegagalan sovereign debt adalah Equador, Yunani, dan
Mesir.
Equador mengalami kegagalan
membayar utangnya sejak tahun 1800 dan untuk memulihkan perekonomiannya
diperlukan waktu 113 tahun. Yunani mengalami kegagalan membayar utangnya selama
87 tahun. Dua abad yang lalu negara-negara terkenal seperti Belanda, Austria,
Jepang dan Cina juga pernah mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya membayar
utang luar negeri. Mesir yang gagal memenuhi kewajiban utang luar negeri tahun
1976, telah membelanjakan lebih banyak uang pinjamannya untuk penari balet dan
semacamnya daripada untuk pekerjaan umum. Paris Club, kelompok pemberipinjaman
negara Barat, memberikan ampunan berupa penghapusan separoh utang Polandia atau
senilai AS$ 17,5 milliar. Sedangkan Amerika Serikat memberikan ampunan berupa
penghapusan utang Mesir sebagai imbalan atas bantuan Mesir kepada Amerika
Serikat pada saat perang melawan Irak. Pemberian bantuan ini didasarkan pada
nilai kemanusiaan dan mendorong terciptanya reformasi ekonomi, sehingga membangkitkan
kegiatan ekonomi yang sudah rapuh.
Pemecahan Jangka Panjang
Beberapa saran untuk memecahkan
masalah utang jangka panjang adalah sebagai berikut:
1. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.
1. Negara penerima pinjaman hendaknya memanfaatkan dana pinjaman barunya untuk kegiatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi daripada untuk keperluan yang bersifat konsumtif, capital flight , atau memenuhi ambisi pemeintah.
2. Negara penerima pinjaman hendaknya membangun
dana cadangan yang cukup untuk jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
mampu menjaga fluktuasi harga komoditi ekspor bila terjadi perubahan yang tidak
diinginkan
3. Negara maju harus terus berupaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka pasarnya untuk barang ekspor dari
negara berkembang melalui persaingan yang sehat.
4. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan kepada negara peminjam.
4. IMF dan negara pemberi pinjaman hendaknya tidak melakukan suatu tekanan kepada negara peminjam.
5. IMF, Bank Dunia dan negara pemberi pinjaman
hendaknya memberi pinjaman dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan
untuk jangka panjang.
6. Sebagian utang negara berkembang hendaknya
diubah bentuknya menjadi bentuk equitas, sehingga mendorong timbulnya rasa
memiliki atas proyek-proyek yang dilaksanakan. Sebagian utang lainnya hendaknya
diperpanjang jatuh temponya dengan penerapan bunga ceiling.
7. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
7. Negara berkembang hendaknya mengurangi larangan investasi asing
8. Jangan menyalahkan satu pihak atas timbulnya
krisis utang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
System moneter internasional adalah satu perangkat kebijakan, institusi,praktisi,
regulasi, mekanisme yang menentukan tingkat dimana mata uang satu di tukarkan
dengan mata uang yang lain. Perubahan sistem moneter diakibatkan oleh gejolak
ekonomi. Dengan mempelajari pengalaman historis akan dapat diperoleh gambaran
timbulnya ketidakstabilan ekonomi serta proses penyesuaian neraca pembayaran
internasional.
1.
Sistem
Standar Emas 1870 – 1914
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris
menetapkan nilai poundsterling dengan emas.
2.
Zaman
Bretton Woods, 1944 – 1973
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan
internasional, yaitu International Bank for Recontruction and Development, yang
sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Sistem Penetapan Kurs Mata Uang bisa
dikategorikan menjadi beberapa kelompok yaitu Free Float (Mengambang Bebas)
Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Float yang dikelola (Managed Float) Sistem mengambang bebas
mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup tinggi. Perjanjian Zona
Target Tertentu Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk
menentukan kurs mata uangnya secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Cara
Melakukan Transaksi Internasional Cash,Open Account, Commercial Bill of
Exchange, Letter of Credit, private compensation.
DAFTAR PUSTAKA :
Jain, Subhash C.,Manajemen Pemasaran
Internasional, Jakarta: Erlangga, 1996.
Boediono, Ekonomi Internasional,
BPFF, Yogyakarta,2000
http://didikurniawan.web.id di akses
tgl 5 oktober 2010
No comments:
Post a Comment