Bantu Kami Share Info Menarik dan Dapatkan Rp350.00 per Kunjungannya Menarik Mudah dan Asik Kunjungi 8Share.co.id

Makalah Etika Dan Politik Dalam Sistem Informasi

Monday, 21 December 2015

Silahkan Download makalahnya untuk materi yang lebih lengkap






SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
Etika dan Politik Informasi

PENDAHULUAN
            Teknologi ibaratnya seperti pedang bermata dua. Satu sisi dari pedang dapat digunakan untuk keperluan yang bermanfaat dan satu sisinya lagidapat mengakibatkan hal yang negatif. Manfaat teknologi di dalam sistem informasi sudah tidak diragukan lagi karena mempunyai peran membantu organisasi beroperasi dengan efisien, efektif dan kompetitif. Pada saat yang sama teknologi memberikan manfaat yang positif, teknologi di dalam sistem informasi dapat juga menyebabkan permasalahan etika dan politik di organisasi.
            Permasalahan etika muncul karena kegiatan yang berhubungan nya adalah legal atau belum diatur dalam hukum yang ada. Jika permasalahan yang ada tidak legal, maka permasalahan etika tidak akan muncul karena yang muncul adalah permasalahan hukum. Permasalahan politik akan muncul di organisasi pada saat informasi sangat dibutuhkan dan dapat merubah posisi kekuasaan dan kekuatan (power) yang dimiliki oleh individu-individu di dalam organisasi. Permasalahan politik informasi yang terjadi juga perlu dikelola dengan baik. Kegagalan mengelola politik informasi membuktikan bahwa organisasi ntersebut akan gagal menerapkan sistem informasinya.

















ETIKA DI SISTEM INFORMASI
Etik (ethic) adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan perbuatan benar atau salah. Etika adalah perbuatan yang berhubungan dengan etik. Etis adalah perbuatan yang beretika baik. Seseorang yang tidak etis adalah yang melakukan etika perbuatan melanggar etik.
            Mengapa berkepentingan dengan permasalahan etika di sistem informasi? Jawabannya adalah karena permasalahan-permasalahan etika sekarang ini banyak muncul di lingkungan sistem informasi. Permasalahan-permasalahan etika terjadi di lingkungan sistem informasi karena sebagai berikut ini :
1.        Teknologi informasi mempunyai pengaruh yang mendalam di dalam kehidupan manusia dan sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia berhubungan dengan etika.
2.        Manajer menentukan bagaimanateknologi informasi digunakan di organisasi, sehingga mereka juga bertanggungjawab terhadap permasalahan etika akibat dari penerapan teknologiinformasi tersebut.
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN ETIKA
Di dalam lingkungan sistem informasi, permasalahan-permasalahan etika dapat muncul di beberapa permasalahan yaitu di di persalahan privasi (privacy), permasalahan kepemilikan intelektual (intelectual property rights), permasalahan penghentiankerja, permasalahan keamanan (security), permasalahan akurasi sistem (accuracy), dan permasalahan kesehatan .


1.      Permasalahan privasi
Privasi (privacy) adalah tuntutan seseoran untuk tidak dicampuri, diawasi atau diganggu oleh orang lain atau organisasi bahkan oleh negara. Tuntutan dari privasi di beberapa negara dilindungi oleh beberapa undang-undang.
2.      Permasalahan Kepemilikan Intelektual
Teknologi informasi dengan dunia digitalnya akan membuat informasi lebih mudah ditransmisikan, disalin sebagian atau keseluruan dan dapat dengan mudah dirubah isinya. Jika ini dihubungkan dengan masalah hak kepemilikan intelektual (intelectual property rights), maka pelanggaran hak ini akan semakin lebih meningkat. Beberapa alasan mengapa mereka masih menyalin perangkat lunak dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
a.       Menyalin perangkat lunak mudah dilakukan dan dapat dilakukan dimanapun.
b.      Hasil menyalin perangkat lunak akan didapatkan hasil yang sama dengan hasil jika membeli.
c.       Harga perangkat lunak yang asli sangat mahal.
d.      Penyalin perangkat lunak berfikir perusahaan prangkat lunak sudah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak akan rugi jika dia hanya menyalinnya.
3.      Permasalahan Penghentian Kerja
Penerapan teknologi informasi selain mempunyai efek yang positif seperti misalnya meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas pekerjaan dan memperkaya pekerjaan karena dapat menciptakan variatas pekerjaan, juga mempunyai dampak etika yang negatif. Dampak negatif dari penerapan teknologi informasi, terhadap pekerja adalah penggatian manusia dengan teknologi informasi untuk alasan efisiensi.
4.      Permasalahan Keamanan
Permasalahan keamanan sistem informasi dapat menimbulkan masalah etika. Seringkali penanganan keamanan sistem informasi sudah baik, tetapi kelalaian atau kesenjangan seseoran dapat merusak sekuriti yang sudah ada seperti misalnya sebagai berikut ini :
-          Meninggalkan terminal tanpa dijaga.
-          Menuliskan password di suatu tempat yang dapat di baca oleh orang lain.
-          Memberitahukan password kepada orang lain.
Permasalahan etika muncul ketika seseorang dengan sengaja merusak keamanan dari sistem informasi.
5.      Permasalahan Akurasi
Permasalahan akurasi dapat muncul di program aplikasi yang banyak mengandung kesalahan program (bug) dan dapat juga terjadi di datanya. Permasalah akurasi di program aplikasi muncul karena pengetesan program masih belum optimal. Permasalah etika yang berhubungan dengan dengan akurasi program muncul saat program tidak akurat karena pengetesan program yang tidak optimal.



6.      Permasalah Kesehatan
       Penerapan teknologi informasi di dalam dunia kerja dapat merusak kesehatan pemakainya. Salah satu penyakit yang dapat di timbulkannya adalah repetitive stress injury (RSI).  Repetitive stress injury (SRI) terjadi karena urat-urat saraf di paksa untuk bekerja berulang-ulang dengan tekanan yang berat atau dengan tekanan yang rendah. Yang paling banyak terjadi adalah karena urat-urat saraf bekerja dengan tekanan yang rendah yaitu dengan penekanan di keyboard yang berulang-ulang tiap-tiap harinya selama bertahun-tahun.
       Bentuk umum dari RSI yang umum terjadi adalah carpal tunnel syndrome (CTS). Carpal tunnel shyndrome (CTS) terjadi karena tekanan syaraf yang menimbulkan sakit lewat struktur tulang pinggang yang di sebut dengan carpal tunnel. Carpal tunnel syndrome (CTS) dapat dihindari dengan merancang letak komputer sedemikian rupa yang disebut dengan ergonomic, sehingga tidak menyebabkan sakit pada pinggang.
       Computer vision syndrome (CVS) Gejala dari penyakit ini adalah pandangan mata yang kabur, mata pedas dan berair, kepala pusing, mata kering dan iretasi. Gejala ini dapat di atasi atau di kurangi dengan menggunakan lensa tambahan tertentu di layar monitor.
       Technostress juga merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan sistem informasi. Gejala dari technostress adalah betindak kasar dan tidak sabar.  Penyebab ini adalah karena stress penggunaan dari penggunaan yang terus menerus.
       Permasalah etika terhadap kesehatan penggunaan teknologi informasi ini muncul saat perusahaan sadar bahwa pemakaian komputer dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan tidak melakukan upaya untuk mengatasi atau menguranginya. Perusahaan tidak melakukan upaya untuk mengurangi masalah penurunan kesehatan ini biasanya adalah dengan alasan efeknya ke kesehatan tidak langsung terlihat dan untuk penghematan biaya.

7.      Mengelola permasalahan etika
       Martin (1999) menjelaskan bahwa standar etika tiap orang berbeda karena latar belakangnya yang berbeda tergantung dari integritas, kejujuran, kompetensi, kehormatan, keadilan, kepercayaan, keberanian, dan tanggung jawab yang di bentuk dari masa kecil sampai sekarang.
       Berikut ini merupakan langkah-langkah yang dapat di gunakan untuk menangani isu etika yang muncul di dalam organisasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini .
1.      Pertama-tama yang harus di lakukan adalah menyadari permasalahan etika yang akan muncul dari tindakan yang akan di ambil. Karena standar etik manusia  ada di dalam hati, maka cara paling tepat untuk menyadarinya adalah dengan merasakannya.
2.      Jika permasalah etika sudah di sadari, maka perlu di analisi dan di pecahkan. Beberapa pendekatan yang dapat di gunakan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan etika, yaitu sebagai berikut :
a.       Pendekatan emas ( the golden rule ) yang berbunyi “lakukan kepada orang-orang lain seperti apa yang kamu ingin mereka melakukannya kepadamu”.
b.      Pendekatan immanuel kant’s categorical imperative yang berbunyi “jika suatu tindakan tidak benar untuk di lakukan oleh setiap orang, maka itu tidak benar dilakukan untuk oleh setiap orang”.
c.       Pendekatan descartes’ rule of change yang berbunyi “ jika suatu tidakan tidak dapat dilakukan berulang-ulang, maka itu tidak benar untuk dilakukan  pada suatu saat tertentu”.
Ajaran ini juga termasuk dalah slippery slope rule yaitu yang mengatakan bahwa sekali kita terjatuh terpeleset di jalur yang licin, kemungkinan tidak akan dapat menghentikan terpelesetnya.
d.      Pendekatan Utilitarian principle yang berbunyi “ ambilah tindakan yang memberikan nilai lebih tinggi atau yang lebih besar”.
e.       Pendekatan risk aversion principle yang berbunyi “ambilah tindakan yang menghasilkan bahaya yang terkecil atau potensi biaya terendah”.
f.       Pendekatan “no free lunch rule”  yang berbunyi “ asumsikan bahwa semua obyek tampak dan tidak tampak dimiliki oleh orang lain kecuali jika ada pernyataan sebaiknya yang spesifik”.
3.      Pilih alternatif dengan kinerja terbaik. Pemilihan pendekatan untuk mengatasi permasalahan etika akan mempunyai efek, sehingga perlu dipilih pendekatan dengan efek yang paling minimum atau mempunyai kinerja terbaik.

8.      Politik informasi
       Davenport, enccles dan prusak ( 1992 ) melakukan studi yang melibatkan 25  perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini gagal atau dalam proses kegagalan dalam  menerapkan sistem informasinya. Alasannya adalah perusahan-perusahaan tersebut tidak mengelola politik informasi dengan benar.
       Markus (1981 ) menyatakan bahwa sistem informasi mempengaruhi distribusi kekuasaan di organisasi karena alasan- alasan sebagai berikut:
1.      Pemegang akses informasi untuk alokasi sumber-sumber daya keputusan.
2.      Sistem informasi di gunakan untuk alokasi sumber-sumber daya, sistem yang dapat mempengaruhi perilaku individu-individu.
3.      Sistem informasi digunakan untuk sistem pengendalian yang dapat mencegah atau membatasi kegiatan-kegiatan.
4.      Sistem informasi menyebabkan kekuasaan dan kekuatan (power) karena memberikan kesan kemampuan untuk dapat merubah hasil. Persepsi atau kesan dari memiliki kekuatan akan menimbulkan kekuatan.

9.      Menolak perubahan
       Markus (1981) juga mengatakan bahwa suatu sistem informasi yang merubah distribusi kekuasaan dan kekuatan didalam organisasi akan ditolak oleh mereka yang akan kehilangan kekuasaan atau kekuatannya. Penolakan akibat perubahan kekuasaan atau kekuatan ini disebut dengan resistance to change atau counterimplementation (menolak implementasi). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kekuasaan dan kekuatan merupakan hal yang penting dan sistem informasi mempunyai peranan terhadap pergeseran kekuasaan dan kekuatan tersebut. Oleh karena itu mereka yang merasa kekuasaan dan kekuatannya akan tergeser oleh penerapan sistem informasi akan melakukan penolakan.
       Penolakan dari perubahan akan lebih besar lagi jika sistem informasi digunakan untuk melakukan proses rekayasa ulang (business reengineering. Caldwell (1994) melakukan survei dan melaporkan bahwa penolakan terhadap perubahan (resistance to change) menduduki rangking tertinggi dari halangan yang dihadapi oleh proses rekayasa ulang bisnis.









IDENTIFIKASI PENOLAK

Untuk dapat mengatasi penolakan atas perubahan (resistance to change) ini, maka orang-orang yang menolak penetapan sistem informasi yang perlu diidentifikasi. Ciri-ciri orang-orang yang menolak perubahan adalah sebagai berikut ini.
1.      Mereka yang selalu menunda-nunda proyek sistem informasi dengan melakukan penolakan demi penolakan untuk membuat proyek tidak jadi dilakukan.
2.      Mereka yang menyetujui proyek sistem informasi dengan membuat sistem informasi menjadi lebih luas dan lebih rumit dengan harapan akan gagal dengan sendirinya jika diterapkan.
3.      Mereka yang memegang dan tidak mau melepaskan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mrmbangun dan menerapkan sistem informasi, sehingga proyek sistem informasi tidak dapat dilakukan.

MENGATASI  PENOLAKAN PERUBAHAN

Penerapan sistem informasi yang baru yang menyebabkan perubahan di organisasi. Suatu sistem memajemen perubahan (change management system) perlu diterapkan untuk mengatasi penolakan karena perubahan. Martin (1999) mengingatkan bahwa untuk menerapkan sistem manajemen perubahan ini, dua hal dasar yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut ini.
1.      Ketika mengenalkan perubahan di dalam suatu organisasi, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa  manusia akan berubah sendiri karena mereka diberitahu berubah.
2.      Jika mereka berubah, kita tidak dapat mengasumsikan bahwa manusia akan berubah sesuai dengan yang diterapkan. Seringkali mereka berubah dengan cara dan hasil yang tidak diharapkan.

Teori-teori Penolakan Perubahan

Terdapat tiga teori untuk mengetahui penyebab adanya penolakan perubahan dan cara mengatasinya terhadap penerapan sistem informsasi yang baru.
1.      Teori orientasi sistem ( system oriented theory )
Teori ini menjelaskan bahwa yang menyebabkan penolakan perubahan adalah karena sistemnya bukan manusianya. Manusia menolak karena sistem yang akan diterapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sistem banyak mengandung kesalahan, sistem masih tampak asing bagi mereka. Jika benar yang menjadi penyebab penolakan adalah sistemnya, maka kualitas dari sistem harus diperbaiki dengan cara:
a.       Pemakai sistem dilibatkan dalam pengembangan sistem untuk meningkatkan  kualitas dari sistem,
b.      Pengetesan sistem harus tuntas dan dilakukan untuk menemukan semua kesalahan,
c.       Sosialisasi pengenalan sistem harus dilakukan sebelum diterapkan,
d.      Pelatihan penggunaan sistem harus dilakukan supaya memahami sistem lebih lanjut.
2.   Teori orientasi manusia ( people oriented theory )
Teori ini menjelaskan bahwa yang menyebabkan penolakan adalah sikap manusianya bukan sistemnya. Diasumsikan sistem sudah baik dan berkualitas tetapi masih tetap ditolak oleh pemakainya. Jika penolakan ini terjadi, untuk mengatasinya maka sikap (attitude) manusia perlu dirubah. Teori orientasi manusia konsisten dengan student (1978) yang menjelaskan sikap terhadap perubahan (attitude toward change ) dan cara mengatasinya sebgai berikut ini:
a.                   Manusia tidak akan menolak penolakan sebesar mereka menolak untuk dirubah. Ini mempunyai arti bahwa sebenarnya manusia di dalam organisasi mau saja menerima terjadinya perubahan asal mereka memahaminya tanpa dipaksa untuk dirubah. Manusia akan cenderung mendukung perubahabn tanpa apa yang mereka dapat membantu. Keterlibatan dalam perubahan akan membuat mereka nyaman terhadap perubahan itu dan merasa mempunyai tanggung-jawab terhadap keberhasilan perubahan itu.
b.                   Perubahan terhadap perasaan dan sikap tidak dapat dilakukan sesaat. Oleh karena itu mereka yang melakukan perubahan mendasar perlu cukup waktu merubah penolakan awal dan memberikan kesempatan seperti, misal memcoba dulu sistem yang baru supaya lebih mengenal perubahannya. Cara ini akan meningkatkan penerimaan dari perubahan.
c.                   Penerimaan terhadap perubahan akan dilakukan jika mereka merasa mendapatkan manfaat dari perubahannya. Oleh karena itu, sosialisasi dan pelatihan sistem yang menunjukkan manfaat dari sistem perlu dilakukan.
d.                  Penerimaan terhadap perubahan juga akan meningkat dengan keseriusan pihak yang melakukan perubahan. Keseriusan ini dapat ditunjukkan dengan sosialisasi, pelatihan dan pengujian yang serius dari sistem.
e.                   Faktor ketegangan menyebabkan penolakan dari perubahan. Ketegangan (stress) muncul karena ketidakpastian yang akan terjadi dengan sistem yang baru. Besarnya ketegangan tergantung dari dampak dari perubahan tersebut. Jika dampak  dari perubahan hanya melibatkan prosedur-prosedur atau praktek-praktek bisnis, tingkat ketegangan yang dialami oleh manusia didalam organisasi tidak begitu besar. Akan tetapi perubahan yang menyangkut peran dan jabatan seseorang akan menyebabkan tingkat ketegangan yang besar dengan akibat tingkat penolakan yang besar. Sosialisasi, penjelasan, pendidikan dan keterlibatan pemakai sistem akan mengurangi ketegangan ini.

3. Teori interaksi (interaction theory)
Teori interaksi menunjukkan bahwa yang menyebabkan penolakan bukan sistemnya dan bukan manusianya tetapi lebih ke interaksi diantaranya. Penolakan ini disebabkan walaupun sistemnya berkualitas tetapi sulit untuk digunakan disebabkan karena penghubungan ( interface ) yang tidak berteman.
Berikut ini merupakan cara untuk mengatasi penolakan ini:
a.       Meningkatkan penghubungan (interface) antara pemakai dengan sistem
b.      Mendorong partisipasi pemaki sistem didalam pengembangan dan penerapan sistem supaya lebih memahami di dalam berhubungan dengan sistem.
4. Model-model Adopsi Perubahan
Jika teori tentang perubahan hanya menjelaskan tentang apa yang menyebabkan terjadinya penolakan dari perubahan-perubahan dan cara mengatasinya, tetapi tidak memberikan cara lebih terinci bagaimana mengatasi perubahan. Model-model yang akan dibahas adalah Lewin/Schein model dan innovation adoption model.
            Model dari Lewin/Schein ( Luwin, 1947 dan Schein,1987 ) terdiri dari tiga tahapan, yaitu mencaikan kekakuan ( unfreezing ), mengarahkan ( moving ) dan membekukan kembali ( refreezing ).
Text Box: Mencairkan kekakuan ( unfreezing )
- Membuat kebutuhan
- Membuat lingkungan yang aman
 


      



 

 














            Tahapan pertama dari model ini adalah memcairkan kebekuan ( unfreezing ) dari pendapat yang lama. Tahap ini terdiri dari dua aspek. Yang pertama membuat kebutuhan bahwa perubahan itu dibutuhkan baik oleh individu maupun oleh organisasi, sehingga menimbulkan motivasi untuk mau berubah.
Kedua adalah menciptakan suasana atau atmosfir yang aman. Hal ini diperlukan karena perubahan sering dipandang sebagai sesuatu yang beresiko apalagi yang menyangkut peran dan jabatan seseorang. Mereka yang terkena perubahan harus diyakinkan bahwa mereka tidak akan dirugikan dengan perubahan tersebut.
            Tahapan kedua dari model ini mengarahkan ( moving ) ke tujuan perubahan yang akan tercapai. Tahap ini terdiri dari dua aspek. Aspek pertama adalah yang menyediakan informasi yang perlu tentang arah dari perubahan yang akan dituju. Informasi ini diperlukan untuk merubah sikap dan perilaku penolakan. Kedua adalah menyediakan dan mengasimilasikan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menjalankan perubahan-perubahan. Misalkan perubahan terhadap sistem informasi yang baru dibutuhkan pengetahuan tentang sistem yang baru ini dan keahlian untuk menggunakannya
            Tahap ketiga dari model ini adalah membekukan kembali ( refreezing ) sikap yang sudah dirubah. Tahap ini melibatkan juga beberapa aspek. Yang pertama adalah  mengintegrasikan hasil perubahan ke kegiatan rutim yang akan dilakukan bukannya dianggap sebagai sesuatu yang baru dan khusus. Aspek yang kedua adalah memasukkannya ke dalam sistem sosial yang ada supaya perubahan yang terjadi dapat  diterima secara luas.
            Model adopsi perubahan kedua adalah innovation adoption model. Suatu inovasi ( innovation ) adalah suatu ide yang baru bagi individu atau organisasi . Adopsi ( adoption ) adalah  keputusan untuk menggunakan inovasi tersebut secara konyinyu. Beberapa penerapan hal yang baru di organisasi tidak dapat diperintahkan untuk digunakan. Misalnya penerapan e-mail diorganisasi tidak dapat diperintah dan dipaksakan. Penerapan e-mail ini alan lebih efektif jika mereka mengadaptasikannya ke dalam kegiatan mereka sehari-hari. Dengan demikian diadopsikan berarti digunakan sebagai sesuatu kebutuhan yang mendasar.
            Rogers (1962 ) mengusulkan lima tahapan dalam mengadopsi inovasi. Kelima tahapan adopsi inovasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kesadaran ( awareness ). Pada tahapan ini individu-individu dikenalkan kepada inovasi yang ada supaya mereka sadar bahwa ada inovasi yang baru itu berguna
2.      Minat ( interest ). Tahap berikutnya adalah membuat mereka tertarik dan berminat dengan inovasi baru dengan mencari informasi tambahan yang diperlukan.
3.      Evaluasi ( evaluation ). Pada tahap  ini individu-individu akan menilai inovasi tersebut dan mengevaluasi apakah inovasi tersebut bermanfaat atau tidak untuk mereka
4.      Percobaan (trial). Jika dianggap bermanfaat, individu-individu akan mulai mencoba inovasi tersebut. Kemudahan digunakan dan kemanfaatan inovasi merupakan hal yang penting ditahap ini untuk membawa mereka ke tahap berikutnya.
5.      Adopsi (adoption). Pada tahap ini individu-individu memutuskan untuk mengadopsi inovasi tersebut ke kegiatan mereka secara kontinyu.
Rogers menambahkan bahwa untuk kesuksesan adopsi dari inovasi tergantung dari beberapa faktor. Faktor-faktor ini adalah sebagai berikut ini:
1.         Persepsi dari keuntungan relatip
Kebutuhan relatip dari inovasi adalah kelebihan  keuntungan dibandingkan dengan yang diberikan oleh sistem yang lama. Persepsi lebih penting dari kenyataanya karena kenyataan belum terjadi sebelum mereka harus dibuat percaya untuk menerima inovasi. Persepsi lebih ke apa yang individual percaya terhadap sesuatu.
2.         Kompabilitas
Kompabilitas merupakan tingkat seberapa besar inovasi tersebut konsisten dengan nilai, opini, kelakuan atau pengalaman yang dimiliki oleh individu-individu yang akan mengadopsi inovasi. Semakin kompatibel inovasi tersebut akan semakin mudah diadopsikan
3.         Kerumitan
Kerumitan adalah tingkat kesulitan inovasi dipahami. Semakin mudah dipahami akan semakin mudah inovasi tersebut diadopsikan.
4.         Komunikabilitas
Komunikabilitas adalah tingkat komunikasi hasil dari inovasi yang dapat disebarkan ke calon pengadopsi inovasi yang lainnya. Semakin tinggi tingkat komunikabilitasnya dari hasil inovasi, semakin mudah dan cepat diadopsikan.
5.         Juara
Martin ( 1999 ) menambahkan sebuah faktor yaitu juara ( champion ). Seorang juara ( champion ) adalah orang yang mau berkorban waktu dan tenaganya umtuk menerima inovasi dan menyebarkannya.





































No comments:

Post a Comment